LP dan Resume DBD (Demam Berdarah Dengue)
LAPORAN PENDAHULUAN
DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD) DI RUANGAN
IGD RSUD Dr. H. M. ANWAR MAKKATUTU
KABUPATEN BANTAENG
OLEH :
SAHRUL
14 CP 1073
S1 KEPERAWATAN
C 1
LAHAN C 1 LAHAN
( Ns. SRIWAHYUNI S.Kep. ) ( Ns. M. IMRAN JUM S.Kep. )
STIKES TANAWALI PERSADA
KAMPUS II BANTAENG
KONSEP
DASAR MEDIS
A.
PENGERTIAN
DHF (Dengue Haemorhagic Fever)
atau DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
DBD adalah penyakit yang di
sebebkan oleh virus dengue yang tergolong Arthoropod-borne virus genis
flavivirus ,dan familii flaviviridae. DBD di tularkan melalui gigitan nyamuk
dari genus aedes, terutama aedes aegypti atau aedes albopietus.(sutarjo us,
2015).
DBD adalah penyakit demam akut
yang disebabkan oleh empat serotype virus dengue dan ditandai dengan empat
gejalah klinisutama yaitu demam yang tinggi , manifestasi pendrahan
hepatomigali dan tanda – tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindrom
renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan
kematian (Taddaga kasse ,.2016).
B.
ETIOLOGI
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) di
tularkan nyamuk aedes aegypty yang telah tejangkit virus demam berdarh dengue.
DBD di sebabkan oleh salah satu dari empat serotype virus yang berbeda antigen.
Virus ini adalah kelompok flavivirus dan serotype adalah DEN-1, DEN -2, DEN -3,
DEN -4, . Infeksi oleh salah satu jenis serotype ini akan memberikan kekebalan
terhadap Haemorrhagic fever dapat mengalami infeksi empat kali seumur hidupnya
(Nursalam. Dkk,. 2013).
C.
PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke
dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi
ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan
limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama
yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF ialah meningginya
permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan
serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan
intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya
hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke
daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga
serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan
hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera
teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab
lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan
dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi
trombosit.
Fungsi agregasi trombosit
menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya
kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan
diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh
aktifasi system koagulasi.
D.
MANIFESTASI KLINIS
- Demam tinggi selama 5-7 hari
- Perdarahan terutama perdarahan di bawah kulit
- Anoreksia, mual dan muntah, diare, konstipasi
- Sakit kepala
- Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah)
- Hematuria, melena, epistaksis, hematemesis
- Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar geteh bening.
E.
KLASIFIKASI DBD
Derajat
I : Demam, uji torniqet positif, trombositopeni
dan hemokonsentrasi Derajat II : Perdarahan spontan di kulit
Derajat III : Kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah)
Derajat IV : Renjatan berat (denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur)
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah
- Trombosit menurun.
- HB meningkat lebih 20 %
- HT meningkat lebih 20 %
- Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
- Protein darah rendah
- Ureum PH bisa meningkat
- NA dan CL rendah
Serology : HI (hemaglutination
inhibition test).
- Rontgen thorax : Efusi pleura.
- Uji test tourniket (+)
G.
PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK
- Tirah baring
- Pemberian makanan lunak
- Pemberian cairan melalui infuse
- Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
- Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik Anti konvulsi jika terjadi kejang
- Monitor tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Suhu, Nadi, RR).
- Monitor adanya tanda-tanda renjatan
- Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
- Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.
- Minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh, gula atau susu.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi dengue
- Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit
- Resiko ganguan pemenuhan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
- Kecemasan orang tua berhungan dengan kondisi anak
INTERVENSI
1.
Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi dengue Tujuan dan criteria hasil :
- Suhu tubuh normal
- Suhu tubuh antara 36-37
- Nyeri otot hilang
Itervensi
1. Kaji suhu tubuh pasien
R/:
Mengetahui peningkatan suhu tubuh memmudahkan intervensi
2. Berikan kompres air hangat
R/:
Mengurangi panas dengan pemindahan panas secara konduksi. Air hangat mengontrol
pemindahan panas secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau mengigil
3. Berikan atau anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari
(sesuai tolernsi)
R/: Untuk
mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi
4. Anjurkan pasien untuk memakai pakaian yang tipis dan mudah
menyerap keringat
R/:
memberikan rasa nyaman dan pakaina yang tipis mudah menyerap keringata dan
tidak merangsang peningkatan suhu tubuh
5. Observasi intake dan autput , tanda vital (tekanan darah ,suhu
,nadi dan pernafasan).tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi
R/:mendeteksi
dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolik
dalam tubuh . Tanda vital adalah awal untuk mengetahui keadaan umum pasien.
6. Kolaborasi pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai
program
R/:
Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi .
obat khususnya menurunkan suhu tubuh pasien
Tujuan dan kriteria hasil :
- Dapat mengontrol nyeri
- Mengetahui tingkat nyeri
- Ekspresi wajah rileks
Intervensi
1. Lakukan pengkajian nyeri secara konperhensif
R/: Untuk
mengethui nyeri yang di alami pasien sehingga perawat menentukan cara
mengatasinya.
2. Kaji factor-faktor yang memprngaruhi reaksi pasien terhadap nyeri
R/: Dengan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pada pasien terhadap nyeri
nyeri
3. Berikan posisi yang nyaman dan ciptakan suasana ruangan tenang
R/: Posisi
nyaman dan situasi tenang dapat membuat perasaan yang nyaman pada pasien
4. Berikan suasana gembira pada pasien
R/: Dengan
suasana gembira, pasien dapat sedikit mengalihkan perhatiannya terhadap nyeri
5. Berikan analgesic sesuai tife dan beratnya nyeri
R/: Obat
analgesic dapat menekankan rasa nyeri
3. Resiko
ganguan pemenuhan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
Tujuan Criteria hasil
:
- Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda tanda mal nutris
- Menunjukkn berat badan yang seimbang
Intervensi
1. Kaji riwayat nutrisi , termasuk makanan yang di sukai
R/:Mengidentifikasi
defesiensi menduga kemungkinan intervensi
2. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan)
R/:mengawasi
efektifitas intervensi
3. Observasi dan catat masukan makanan pasien
R/:mengawasi
masukan kalori/kualitas kekurangan komsusmsi makanan
4. Berikan makanan sedikit tapi sering
R/:untuk
mencengah distensi gaster
5. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas
R/:menurunkan
distensi dan iritasi gaster
4. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan dan criteria hasil :
- Dapat berpatisipasi dalam aktivitas fisik
- Dapat melakukan aktivitas sehari-hari
- TTV normal
Intervensi
1. Kaji hal-hal yang mampu dilakukan pasien
R/:mengetahui
tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya
2. Bantu pasien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan tingkat
keterbatasan paasien
R/:Bantuan
sangat di perlukan pada pasein pada saat kondisinya lemah dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari tanpa mengalami ketergantungan pada orang lain
3. Beri penjelasan tentang hal-hal yang dapat membantu
danmeningkatkan kekuatan fisik pasien
R/:dengan
penjelasan ,pasien termotivasi untuk kooperatif selama perawatan terutama
terhadap tindakan yang dapat meningkatkn kekuatan fisiknya.
4. Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL pasien
R/:keluagra
merupakan orang terdekat dengan pasien
5. Jelaskan pada keluarga dan pasein tentang pentinya bedrest
ditempat tidur.
R/: untuk
mencegah terjadinya keadaan yang lebih parah
Tujuan dan criteria hasil :
- Ansietas berkurang
- Pasien melaporkan tidak ada manefestasi kecemasan secara fisik
- Tidak ada manefestasi perilaku akibat kecemasan
Intervensi
1. Kaji dan dekumentasikan tingkat kecemasan pasien
R/:memudahkan
intervensi
2. Kaji mekanisme koping yang di gunakan pasien untuk mengatasi
anseitas di masa lalu
R/: Mempertahankan
mekanisme koping adaptif , meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas
3. Melakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk
mengungkapakan pikiran dan perasaan
R/:
pendektan dan motivasi membantu pasein untuk mengesternalisasikan kecemasan
yang di rasakan
4. Motivasi pasien untukmemfokuskan pada realita yang ada saat ini
harapan-harapan yang positif terhadap terafy yang di jalani
R/:alat
untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang di butuhkan untuk mengurangi
kecemasan
5. Berikan penguatan yang positif untuk menarasikan anseitas
sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas
R/:menciptakan
rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirnya mampu mengatasi maslahnya dan
member kenyakinan pada diri sendiri yang di buktikan dengan pengakuan orang
lain atas kemampuannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Judith M. Wilkinson. &
Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC, Jakarta, EGC
Nurarif, Amin Huda % Kusuma,
Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action
Publishing.
Herdman, T. Heather. 2009.
Diagnosa Keperawatan Nanda Internasional . EGC. Jakarta
Pasaribu, Syahril. 1992.
Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara : Medan
Hendrayanto. 2004. Ilmu Penyakait
Dalam : jilid 1 . Jakarta : FKUI
Doenges, EM. (2000), Rencana
Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.
Prince, Sylvia Anderson, 2000.,
Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit ., Ed. 4, EGC, Jakarta.
eka dwi Puspita di 18.35
RESUME
PADA AN. “R” DENGAN
DBD (DEMAM BERDARAH
DENGUE)
DI RUANGAN IGD
RSUD Dr. H. M. ANWAR
MAKKATUTU KABUPATEN BANTAENG
OLEH :
SAHRUL
14 CP 1073
S1 KEPERAWATAN
C 1
LAHAN C 1 LAHAN
(
Ns. SRIWAHYUNI S.Kep. ) ( Ns.
M. IMRAN JUM S.Kep. )
STIKES TANAWALI
PERSADA
KAMPUS II BANTAENG
FORMAT
LAPORAN ANALISA KASUS
GAWAT DARURAT
(IGD)
1.
Identitas pasien
Nama
: An. R Pekerjaan : belum bekerja
Umur : 9 tahun NO
.RM : 10.58.82
Alamat : Sungai Bialo Tgl masuk : 8-01-2018
Jenis
kelamin : Perempuan Tgl
Pengkajian : 8-01-2018
2.
Tindakan prahospital :
3.
Triage
a. Keluhan
utama : demam
b. Riwayat
keluhan utama : sudah lima hari demam dan sakit kepala.
c. TTV : TD :
90/70 mmHg
N : 85
S : 38,2
P : 24
SPo2 : 98
d. BB : 20 kg TB : 130 cm
e. Riwayat
penyakit
Provocative : nyeri timbul pada saat beraktivitas
Quality :
nyeri seperti tertusuk tusuk
Region :
sekitar kepala
Severity :
skala 6 (sedang )
Timing :
hilang timbul
4.
Pengkajian primer
Airway : tidak ada sumbatan
pada jalan nafas
Breathing : tidak ada kelemahan menelan, batuk dan
suara nafas tambahan
Circulation : TD :
90/70 mmHg
N :
85×/menit
S :
38,2
P :
24×/menit
Spo2 :
98
Disability : tingkat kesadaran baik (composmentis)
5.
Pengkajian sekunder
A : pasien tidak ada alergi
makanan atau obat – obatan
M : pasien mengatakan tidak
tahu nama obat dan dosis yang di berikan
P : pasien dan keluarga
pasien mengatakan awalnya pasien hanya sakit kepala
L : keluaraga pasien
mengtakan pasien pernah periksa kepuskesmas
E : pasien mengatakan kurang
nafsu makan
6.
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
- Leokosit
- Trombosit
7.
Terapi medikasi
- Paracetamol 200 mg/8jam/
- Trombovit 3 × 1
8.
Pengkajian sekunder
1. Kepala
- Inspeksi : Bentuk kepala normal Kulit kepala Nampak bersih
- Palpasi : Tidak ada bejolan pada kepala
2. Rambut
: Rambut berwarna hitam
Rambut tidak rontok
3. Mata
- Inspeksi : Mata simetris kiri dan kanan
- Palapsi : Tidak terdapat benjolan pada adaerah mata
4. Hidung
- Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada hidung
5. Dada
- Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
- Palpasi : Tidak terdapat benjolan pada dada
6. Abdomen
- Inspeksi : Abdomen simetris kiri dan kanan
- Palpasi : Tidak adanyeri saat di tekan
7. Ekstremitas
- Atas : Akral atas tidak ada luka dan terpasang infus pada tangan kiri
- Bawah : Nampak tidak ada luka benjolan
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN
INISIAL
PASIEN : AN. R RUANGAN : IGD
NO
RM : 105882
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
|
||
TUJUAN & KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1.
|
Hipertermi b/d prosedur infeksi dengue
DS :
Pasien mengatakan tubuhnya panas
DO :
Pasien Nampak mengigil
Suhu : 38,2 c
|
Tujuan :
KH
:
|
1.Kaji suhu tubuh pasien
2.berikan kompres air hangat
3.anjurkan pasien untuk banyak minum
4.anjurkan pasien untuk memakai
pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
5.observasi intake dan output, TTV 6.penatalaksanaan pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program. |
1.untuk
mengetahui suhhu tubuh pasien dan dapat mempermudahkan intervensi
2.air
hangat dapat mengontrol peerpindahan panas secara perlahan
3.untuk
mengganti cairan tubuh yanga hilang
4.pakaian
yang tipis dan mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu
tubuh
5.mendeteksi
dini kehilangan cairan serta mengetahui
kehilangan cairan dan elektrolik dalam tubuh
6.
pemberian cairan sangat penting bagi pasein dengan suhu tubuh yang tinggi.
Obat khusus untuk menurunkan sushu tubuh pasien.
|
2.
|
Nyeri akut b/d proses patologis penyakit
DS :
Pasien mengatakan kepalanya sakit
DO :
Pasien Nampak meringis
|
Tujuan
:
KH
:
|
1.lakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif
2.kaji factor- factor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri 3. berikan posisi yang nyaman dan ciptakan suasana ruangan tenang 4. berikan suasana gembira pada pasein 5. berikan analgesik sesuai tipe dan beratnya nyeri. |
1.untuk
mengetahui nyeri yang di alami pasien sehingga perawat menentukan cara
mengatasinya
2.dengan
mengetahui factor-faktor tersebut maka perawat dapat menentukan intervensi
yang sesuai dengan masalah pasien.
3. posisi nyaman dan situasi tenang dapat membvuat perasaan
yang nyaman pada pasien.
4. dengan suasana gembira pasien dapat sedikit
mengalihkan perhatian terhadap nyeri.
5. obat analgesik dapat menekankan rasa nyeri.
|
3.
|
Intoleransi aktivitas b/d ketidak
seimbangaan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
|
Tujuan :
KH :
|
1.kaji hal-hal yang mampu dilakukan
pasien
2.bantu pasien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan tingkat keterbatasan pasien.
3.beri penjelasan tentang hal-hal yang
dapat membantu dan meningkatkan kekuatan fisik pasien
4.libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL paasien 5.jelaskan pada keluarga dan pasien tentang pentingnys bedrestdi tempat tidur |
1.mengetahui tingkat keterhgantungan pasien
dalam memahami kebutuhannya.
2.bantuan
sangat di perlukan pasien pada saat kondisinya lemah dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari tanpa mengalami ketergantungan pada orang lain.
3.dengan
penjelasan pasien termotivasi untuk koperatif selama perawatan terutama
terhadap tindakan yang dapat meningkatakan kekuatan fisiknya.
4.
keluarga merupakan orang terdekat denagn pasien.
5.untuk
mencegah terjadinya keadaan yang lebih parah.
|
Komentar
Posting Komentar