LP DAN ASKEP TCR



LAPORAN PENDAHULUAN
TRAUMA CAPITIS RINGAN (TCR) DI  RUANGAN
PERAWATAN BEDAH RSUD Dr. H. M. ANWAR  MAKKATUTU  KABUPATEN BANTAENG


OLEH :

SAHRUL
14 CP 1073
S1 KEPERAWATAN

         C 1  LAHAN        C 1 INSTITUSI





         (……………………)       (………………….)


STIKES TANAWALI PERSADA
KAMPUS II BANTAENG


LAPORAN PENDAHULUAN TCR
A.     PENGERTIAN
Trauma capitis adalah gangguan traumatic yang menyebabkan gangguan fungsi otak disertai atau tanpa disertai perdarahan in testina dan tidak mengganggu jaringan otak tanpa disertai pendarahan in testina dan tidak mengganggu jaringan otak. Brunner & Suddarth (2000).
Trauma merupakan penyebab utama kematian pada populasi dibawah umur 45 tahun dan merupakan penyebab kematian no. 4 pada seluruh populasi.Lebih dari 50% kematian disebabkan oleh cidera kepala. Kecelakaan kendaraan bermotor menrupakan penyebab cedera kepala pada lebih dari 2 juta orang setiap tahunnya, 75.000 orang meninggal dunia dan lebih dari 100.000 orang yang selamat akan mengalami disabilitas permanent” (York, 2000). 

B.     ETIOLOGI
Cedera kepala dapat disebabkan oleh dua hal antara lain :
Benda Tajam. Trauma benda tajam dapat menyebabkan cedera setempat.
Benda Tumpul, dapat menyebabkan cedera seluruh kerusakan terjadi ketika energi/ kekuatan diteruskan kepada otak.
Kerusakan jaringan otak karena benda tumpul tergantung pada :
1.      Lokasi
2.      Kekuatan
3.      Fraktur infeksi/ kompresi
4.      Rotasi
5.      Delarasi dan deselarasi
Mekanisme cedera kepala
1.      Akselerasi, ketika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam. Contoh : akibat pukulan lemparan.
2.      Deselerasi. Contoh : kepala membentur aspal.
3.      Deformitas. Dihubungkan dengan perubahan bentuk atau gangguan integritas bagan tubuh yang dipengaruhi oleh kekuatan pada tengkorak.

C. PATOFISIOLOGI
Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala. Cedera percepatan (aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan (deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alba dan batang otak.
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada permukaan otak, laserasi substansi alba, cedera robekan atau hemoragi. Sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera. Konsekuensinya meliputi hiperemi (peningkatan volume darah) pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan hipotensi.
Genneralli dan kawan-kawan memperkenalkan cedera kepala “fokal” dan “menyebar” sebagai kategori cedera kepala berat pada upaya untuk menggambarkan hasil yang lebih khusus. Cedera fokal diakibatkan dari kerusakan fokal yang meliputi kontusio serebral dan hematom intraserebral, serta kerusakan otak sekunder yang disebabkan oleh perluasan massa lesi, pergeseran otak atau hernia. Cedera otak menyebar dikaitkan dengan kerusakan yang menyebar secara luas dan terjadi dalam empat bentuk yaitu: cedera akson menyebar, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multipel pada seluruh otak. Jenis cedera ini menyebabkan koma bukan karena kompresi pada batang otak tetapi karena cedera menyebar pada hemisfer serebral, batang otak, atau dua-duanya.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
2.      Kebungungan
3.      Iritabel
4.      Pucat
5.      Mual dan muntah
6.      Pusing kepala
7.      Terdapat hematoma
8.      Kecemasan
9.      Sukar untuk dibangunkan
10.  Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.

E. PENATALAKSANAAN MEDIK
Pentalaksanaan medic cedera kepala yang utama adalah mencegah terjadinya cedera otak sekunder . cedera otak sekunder di sebabkan oleh factor sistemik seperti hipotesis atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak (tunner 2000) .
Pengatasan nyeri yang adekuat juga di rekomendasikan pada penderita cedera kepala (tunner 2000).

F.    DIAGNOSTIK TEST
1.         CT –Scan : mengidentifikasi adanya sol, hemoragi menentukan ukuran ventrikel pergeseran cairan otak.
2.      MRI : sama dengan CT –Scan dengan atau tanpa kontraks.
3.      Angiografi Serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan dan trauma.
4.      EEG : memperlihatkan keberadaan/ perkembangan gelombang.
5.      Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (faktur pergeseran struktur dan garis tengah (karena perdarahan edema dan adanya frakmen tulang).
6.      BAER (Brain Eauditory Evoked) : menentukan fungsi dari kortek dan batang otak..
7.      PET (Pesikon Emission Tomografi) : menunjukkan aktivitas metabolisme pada otak.
8.      Pungsi Lumbal CSS : dapat menduga adanya perdarahan subaractinoid.
9.      Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berpengaruh dalam peningkatan TIK.
10.  GDA (Gas Darah Arteri) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan dapat meningkatkan TIK.
11.  Pemeriksaan toksitologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran.
12.  Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang.

G.     KOMPLIKASI
1.      Kebocoran cairan serebrospinal akibat fraktur pada fossa anterior dekat sinus frontal atau dari fraktur tengkorak bagian petrous dari tulang temporal.
2.      Kejang. Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama dini, minggu pertama) atau lanjut (setelah satu minggu).
3.      Diabetes Insipidus, disebabkan oleh kerusakan traumatic pada rangkai hipofisis meyulitkan penghentian sekresi hormone antidiupetik.

H. PROGNOSA
Prognosis setelah cedera kepala sering mendapat perhatian besar, terutama pada pasien dengan cedera berat. Skor GCS waktu masuk kerumah sakit memiliki nilai prognostic yang besar : skor pasien 3-4 memiliki kemungkinan meninggal 85% atau tetap dalam kondisi vegetative , sedangkan pada pasien dengan GCS 12 atau lebih kemungkinan meninggal atau vegetative hanya 5-10% .sindrom pascakonkusi berhubungan dengan sindrom kronis nyeri kepala , keletihn , iritabilitas , dan perubahan kepribadian yang berkembang pada banyak pasien setelah cedera kepala , sering kali bertumpang tindih dengan gejala depresi.


PENYIMPANGAN KDM
                                        Kecelakaan lalu lintas

                                                                Fraktur


 


Perubahan bentuk            leserasi  pada kulit       dekontinuitas jaringan            pergeseran fragma
        tubuh                                                                         tulang                                  tulang


                                   
 krisis situasional              perubahan sirkulasi               deformitas                           spasme otot
                                         sekunder pada fraktur
           
ANSIETAS               KERUSAKAN INTEGRITAS     G3 fungsi                             NYERI
                                          JARINGAN KULIT                    
                                                                                    pemasangan traksi

                                                                              G3 MOBILITAS FISIK

KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.    RIWAYAT KEPERAWATAN
Pengkajian
1.      Identitas pasien : nama , umur ,jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapaatan, alamat dan nomor registrasi.
2.      Keluhan utama
Nyeri pada daearah luka hacting

B.     PEMERIKSAAN FISIK
a.       Sistem respirasi: suara nafas ,pola nafas
b.      Kardiovaskuler : pengaruh perdarahan organ tau pengaruh PITK
c.       Sistem saraf :
  • Kesadaran  atau GCS
  • Fungsi saraf kranial adalah trauma yang mengenai /meluas kebatang otak atau melibatkan penurunan fungsi saraf kranial.
  • Fungsi sensori – motor adalah kelumpuhan , rasa baal, nyeri ,gangguan diskriminasi suhu, anestesi, hipestesia, hiperalgesia, riwayat kejang.
d.      Sistem pencernaan
  • Bagaimana  sensasi  adanya makanandi mulut , refleks, menelan , kemempuan menguyah, adanya refleks batuk, mudah tersedak . jika pasien sadar tanyakan pola makan.?
  • Waspada fungsi ADH , aldosteron : retensi  natrium dan cairan
  • Retensi urine , konstipasi, inkontinensia.
e.  Kemampuan bergerak  : kerusakan area motorik a/ hemiparesis/ plegia, gangguan gerak volunter, ROM , kekuatan otot.
f.    Kemempuan komunikasi m : kerusakan pada hemister noinan a/ disfagia atau afosis akibat kerusakan saraf hipoglosus dan saraf fasialis.
g.  Psikososial a/ data ini penting untuk mengetahui dukungan yang di dapat pasien di keluarga.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri berhubungan dengan trauma sakit kepala
2.      Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan hemiplegia, himiparese, kelemahan
3.      Kerusakan integritas kulit berhubungan  dengan kesulitan dalam mobilitas fisik
4.      Kecemasan berhubungan  dengan gambaran tubuh.

INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Nyeri berhubungan dengan trauma sakit kepala
Hasil yang di harapkan :  Nyeri dapat berkurang sampai dengan hilang
               
Intervensi
1.      Kaji lokasi nyeri, intensitas dan keluhan pasien
Rasional : menentukan intervensi yang tepat
2.      Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
Rasional : ketegangan saraf yang mengendor akan mengurangi rasa nyeri
3.      Beri posisi tidur dengan kepala tanpa bantal
Rasional : tekanan intra kranial turun akan mengurangi rasa nyeri
4.      Kolaborasi medik untuk pemberian analgetik
Rasional : analgetik meningkatkan amabang rasa nyeri

2.      Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan hemiplegia, himiparese, kelemahan
Hasil yang diharapkan : Pasien dapat mempertahankan mobilitas fisik seperti  yang di tunjukkan dengan tidak adanya kontraktur.
           
   Intervensi
1.      Lakukan latihan gerak pasif sedini mungkin
Rasional : mempertahankan mobilitas sendi dan tonus otot
2.      Berikan foodboard/penyangga kaki
Rasional : mempertahankan posisi ekstremitas
3.      Pertahankan posisi tangan , lengan ,kaki dan tungkai
Rasional : posisi ekstremitas  yang kurang tepat akan terjadi dislokasi
4.      Kolaborasi fisioterapi
Rasional : tindakan fisioterapi dapat mengcegah kontraktur

3.      Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan kesulitan dalam mobilitas fisik
Hasil yang di harapkan : Tidak terjadi kerusakan kulit , dekubitus
             
 Intervensi
1.      Kaji keadaan kulit pasien
            Rasional : menenetukan askep yang tepat
2.      Beri posisi mirig kiri – terlentang kanang tiap 2 jam
Rasional : penekanan yang terlalu lama pada salah satu lokasi kulit akan menimbulkan nekrose.
3.      Lakukan massage pada lokasi kulit  yang terjadi penekanan
            Rasional : meningkatkan sirkulasi darah
4.      Jaga alat tenun tempat tidur pasien kering dan tidak terlipat
            Rasional : kain basah dan terlipat akan menimbulkan kerusakan pada kulit

4.      Kecemasan berhubungan dengan gambaran  tubuh
Hasil yang di harapkan : Kecemasan pasien berkurang atau hilang
           
  Intervensi
1.      Dorong pasien untuk mengespresiakn perasaannya
Rasional : proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan ,sehinggan pasien dapat membuat rencana untuk masa depan
2.      Diskusikan tanda dan gejalah depresi
Rasional : Reaksi umum terhadap tife prosedur dan kebutuhan dapat di kenali dan di ukur
3.      Diskusikan tanda dan gejalah depresi
Rasional : kehilangan bagian tubuh menyebabkan perubahan gambaran tubuh


DAFTAR PUSTAKA
 
Brunner and Suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Guyton dan Hall. 1996. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta : EGC.
Marlyn E Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth, 2002,Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa : Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.Made Karyasa, EGC,Jakarta.
NANDA, 2001-2002,NursingDiagnosis: Definitions and Classification. Philadelphia,USA
Judith M Wilkinson, 2007, Buku Saku Daignosis Keperawatan: dengan intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, EGC., Jakarta.
Arif Mansjoer, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius., Jakarta.
Marilynn E. Doengoes,1993, Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa : I Made Kariasa, S.Kep., Ni Made Sumarwati, S.Kep: EGC, Jakarta
Suzanne cs & Brenda GB. Buku ajar medikl bedah.edisi 8 Volume 3 .jakarta : EGC: 1999










ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN. H DENGAN TRAUMA CAPITIS RINGAN (TCR)
DI  RUANGAN PERAWATAN BEDAH RSUD Dr. H. M. ANWAR  MAKKATUTU  KABUPATEN BANTAENG


  
OLEH :

SAHRUL
14 CP 1073
S1 KEPERAWATAN

          C 1  LAHAN                                            C 1 LAHAN





(……………………..……………..…)                                (………………………………………….)


STIKES TANAWALI PERSADA
KAMPUS II BANTAENG



PENGKAJIAN

Ruangan                                  : Perawatan bedah kelas 1.4 
Tanggal pengkajian                : 7 - 06 -2016

1.      IDENTITAS UMUM
A.      Identitas pasien
Nama                                                             : Tn. H
Tempat/tanggal lahir                                     : Bantaeng , 11 - 02 -1968
Umur                                                             : 48 tahun
Jenis kelamin                                                : laki – laki
Alamat                                                           : tangga – tangga
Status perkawinan                                         : kawin
Agama                                                           : islam
Suku                                                               : makassar
Pendidikan                                                     : SMA/ sederajat
Pekerjaan                                                       : wiraswasta

B.      Penanggung jawab/ pengantar
Nama                                                              : Ny. W
pendidikan terakhir                                        : SMA / sederajat
Hubungan dengan pasien                               : istri pasien
Alamat                                                            : tangga – tangga 

II. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
1.      Keluhan utama                        : nyeri pada daerah luka hecting
2.      Alasan masuk rumah sakit      : luka robek pada kepala , lutut akibat KLL ( mobil terbalik )
3.      Riwayat penyakit                   
Provocativ/palliative               : nyeri timbul pada saat beraktivitas
Quality                                    : nyeri seperti tertusuk - tusuk
Region                                     : daerah luka operasi 
Severity                                   : skala 5 ( sedang )
Timing                                     : pada saat bergerak
4.      Data medic                                                                                                    
a.      Dikirim oleh                       UGD                         
b.      Diagnosa medis
·         Saat MRS             : TCR
·         Saat mengkaji       : TCR


III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1.      Penyakit yang pernah dialami pasien saat kecil/kanak-kanak  : demam, influenza
2.      Riwayat operasi                                  : Pasien tidak pernah di operasi        
3.      Riwayat pengobatan                           : pasien pernah berobat di puskesmas
4.      Riwayat alergi                                     : pasien mengatakan  tidak ada riwayat   alergi
5.      riwayat imunisasi                                : imunisasi lengkap



IV. RIWAYAT  PSIKO   -  SOSIAL   -  SPRITUAL
1.      Pola konsep diri
  • Peran pasien dalam masyarakat sangat membantu
  • Pasien menerima dirinya apa adanya
  • Pasien berkepribadian baik di mata masyarakat
  • Pasien tau tentang keadaannya sekarang
  • Pasien mempunyai harapan besar untuk sembuh dari penyakitnya

2.      Pola kognitif
  • Pasien mengatakan semonga cepat sembuh
  • Pasien sering mengunakan bahasa daerah/Makassar
  • Pasien berharap besar dia bisa sembuh

3.      Pola koping
  • Pengambilan keputusan                                 : sendiri
  • Yang disukai tentang dirinya sendiri              : semuanya
  • Yang ingin dirubah dari kehidupan                : tidak ada
  • Yang di lakukan untuk pemecahan masalah   : mendiskusikan dengan keluarga

4.      Pola interaksi social
  • Bicara                                                : jelas dan mudah di mengerti
  • Hubungan dengan anggota keluarga : baik
  • Hubungan dengan masyarakat          : baik
  • Aktivitas social                                 : baik
  • Keadaan lingkungan                         : baik
  • Pola komunikasi                               : baik
5.      Pola spiritual
  • Kegiatan keagamaan/ pola ibadah : shalat 5 waktu
  • Siapa/ apa sumber kekuatan           : kenyakinan kepada allah swt, berdo’a

VI. DASAR/ POLA  KEBIASAAN  SEHARI-HARI
1.      Makan
Sebelum MRS
  •  Frekwensi                                 : makan 3 kali sehari
  • Pola makan/ komposisi             : baik dan dihabiskan
  • Makanan yang disukai              : bakso, nasi goreng, mie pangsip
  • Makanan pantangan                  : tidak ada
  • Nafsu makan                             : baik karena lahap

Setelah  MRS
  • Frekwensi                                  : makan 3 kali sehari
  • Pola makan/ komposisi             : menurun / porsi tidak di habiskan
  • Diet                                            : tidak ada
  •   Nafsu makan                            : nafsu makan menurun

2.      Minum
Sebelum MRS
  • Frekwensi                                  : pasien minum setiap kali haus
  • Volume                                      : kurang lebih 3 liter sehari
  • Minuman yang di sukai            : kopi
  •  Minuman pantangan                : tidak ada 
Setelah MRS
  • Frekwensi                                : setiap kali haus
  • Volume                                    : kurang dari 1 liter / hari
  •   Diet                                       : tidak ada

3.      Tidur
Sebelum MRS
  • Kebiasaan tidur siang           : baik tidak ada factor yang menghambat
  • Kebiasaan tidur malam         : pasien tidur pada pukul 22.00
  • Kesulitan tidur                      : tidak adda kesulitan tidur
  • Lama tidur                            : 7 – 8 jam
  • Cara mengatasi                     : -
  Setelah  MRS
  • Kebiasaan tidur siang           : pasien tidur siang selama 1 jam
  • Kebiasaan tidur malam         : kurang baik karena nyeri kadang-kadang  timbul
  • Kesulitan tidur                      : di pengaruhi oleh factor lingkungan  yang asing bagi pasien
  • Lama tidur                            : 5 – 6 jam
  • Cara mengatasi                     : berbincang – bincang denga pasien
4.      Eliminasi BAB
Sebelum MRS
  • Frekwensi                              : satu kali sehari
  • Konsistensi                            : padat
  • Warna                                     : kuning kecoklatan
  • Penggunaan pencahar            : tidak ada obat pencahar
Setelah  MRS
  • Frekwensi                               : 3 – 4 kali seminggu
  • Konsistensi                             : cair , padat
  • Warna                                      : kuning kecoklata
  • Penggunaan pencahar             : tidak ada obat pencahar
5.      Eliminasi BAK
Sebelum MRS
  • Frekwensi                                  : kurang lebih 4 – 5 kali/ hari
  • Volume                                      : kurang lebih 1500 cc/ hari
  • Kejernihan                                 : jernih
  • Warna                                        : kuning
  • Bau                                            : amoniak
  • Pengguanaan alat                       : tidak ada
Setelah MRS
  • Frekwensi                                   : kurang lebih 4 – 5 kali /hari
  • Volume                                       : kurang lebih 1500 cc/hari
  • Kejernihan                                  : jernih
  • Warna                                         : kuning
  • Bau                                             : amoniak
  • Penggunaan alat                          : tidak ada  
6.      Aktivitas dan latihan
Sebelum MRS
  • Pengalaman bekerja                       : penjual ikan
  • Lama bekerja                                 : sudah cukup lama
  • Lama jam kerja                              : 5 – 6 jam/ hari
  • Jadwal kerja                                   : setiap hari
  • Jarak tempat kerja dengan rumah : kurang lebih 1 km   
  • Jenis olahraga dan pelaksanaan    : jarang berolahraga
  • Jenis rekreasi dan pelaksanaan      : berenang
Setelah MRS
  • Aktivitas pasien selama MRS        :  berbaring di tempat tidur dan bangun dari tempat tidur

7.      Personal hygine
Sebelum MRS
  • Kebiasaan mandi                              : 2 – 3 kali dalam sehari
  • Mencuci tangan                                : sering , sebelum dan sesudah BAB/BAK dan makan
  • Memotong kuku                               : selalu memotong kuku
  • Kerapian                                           : rapi dalam berpakaian
  • Penampilan                                       : bersih
  • Hambatan dalam persoalan hygine  : tidak ada hambatan
Setelah MRS
  • Kebiasaan mandi                                : tidak pernah mandi hanya di lap oleh keluarga
  • Mencuci tangan                                  : hanya ketika  setelah BAB dan BAK             
  • Memotong kuku                                 : Belum pernah
  • Kerapian                                             : tidak rapi
  • Penampilan                                         : kurang bersih
  • Hamabatan dalam persoalan hygine   : Pemasangan infus

IV. PEMERIKSAAN FISIK
1.      Keadaan umum
·         Kehilangan BB             :  berat badan berkurang  1 kg  sebelum  MRS  51 kg  setelah  MRS 50 kg
·         Kelemahan                    :  kelemahan pasca operasi & kurang intake nutrisi
·         Perubahan mood           :  pasien mengatakan kurang nafsu makan
·         Vital sign
TD        : 130/80mmhg
N           : 80 ×/menit   
P           : 20×/ menit
S           : 36 ®c

·         Ciri tubuh                     : tinggi

2.      Head to toe
·         Kulit                          : warna kulit sawo matang, turgor kulit baik.
·         Kepala/rambut          : rambut tidak ada peradangan/lesi pada  kepala, nyeri tekan tidak ada
·         Kuku                         : ujung kuku tidak bersih , dan ada plek hitam
·         Mata/penglihatan      : baik karna masih bisa melihat dengan jelas
·         Hidung                      : fungsi penghidungan baik
·         Telinga                      : liang telinga cukup bersih,  fungsi pendengaran baik
·         Mulut dan gigi          : bibir tidak kering , fungsi  pengecapan baik, tidak ada gangguan saat menelan
·         Leher                        : tidak terjadi pembengkakan, tidak ada nyeri tekan
·         Dada                         : tidak ada nyeri
·         Abdomen                  : simetris ikut gerak nafas, tiddak ada nyeri tekan

KLASIFIKASI   DATA
Data subjektif
Ø  Pasien mengeluh nyeri pada daerah kepala  dan lutut
Ø  Pasien mengeluh tidak bisa terlalu bergerak
Ø  Pasien mengatakan tidak enak makan

Data objektif
Ø  Pasien Nampak meringis
Ø  Pasien Nampak lemas
Ø  Terpasang infuse RL 20 tetes / menit
Ø  Porsi tidak di habiskan
Ø  Vital sign   :
                                   TD        : 130/80mmhg
N          : 80×/menit
P           : 20×/menit
S           : 36 ®c

ANALISA DATA
NO
DS/DO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1
DS


DO
Pasien mengatakan nyeri pada daerah kepala dan lutut

Pasien Nampak meringis
        TD : 130/80 mmhg
          N : 80×/menit
           P : 20×/menit
           S : 36 ®c
Pergeseran fraktur tulang


 


Spasme otot


 


Nyeri otot


 


Nyeri
NYERI
2
DS


DO
Pasien mengatakan tidak bisa terlaulu bergerak

Pasien nampak lemah
        TD : 130/80 mmhg
          N : 80×/menit
           P : 20×/menit
           S : 36 ®

Barkontinuitasa jarinagan tulang


 


Deformitas


 


G3 fungsi


 



Pemasnagan traksi


 


Gangguan mobilitas fisik
GANGGUAN MOBILITAS FISIK
3
DS


DO
Pasien mengatakan tidak enak makan

Pasien Nampak lemah
        TD : 130/80 mmhg
          N : 80×/menit
           P : 20×/menit
           S : 36 ®


Sel – sel kekurangan jaringan


 


ATP berkurang


Penurunan berat badan , anoreksia


 



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


 


Resiko gangguan nutrisi
RESIKO GANGGUAN NUTRISI


DIAGNOSA KEPERAWATAN
             NAMA/UMUR             :  TN. H
             RUANGAN /KAMAR  : Bedah kelas 1.4

NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA JELAS
1.


2.


3.
Nyeri berhubungan dengan adanya luka pada daerah kepala

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan himeparesis , kelemahan

Resiko gangguan nitrisi berhubungan dengan tidak ada nafsu makan




       
          SAHRUL






RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
INISIAL PASIEN        : TN H               RUANGAN  : KELAS 1.4 BEDAH
NO RM                        : 041550
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
TUJUAN & KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
1
2
3
4
5
1.

Nyeri berhungan dengan adanya luka

DS :
Pasien mengatakan nyeri pada daerah kepala

DO :
Pasien Nampak meringis

Tujuan :
  •  Nyeri berkurang
KH :
  • Nyeri berkurang
  • Nyeri ntekan tidak ada
  • Luka sembuh dengan baik

1.observasi/pantau TTV /8 jam




 2.mengkaji tingkat dan skala nyeri






3.Berikan posisi yang nyaman



4.penatalakasaan pemberian obat





1.peningkatan TTV menjadi acuan adanya peningkatan nyeri

2.untuk mengetahui sejauh mana perkembangan rasa nyeri yang di rasakan pasien


3.dapat mempengaruhi pasien untuk rileks


4.dapat memblok rangsangan nyeri sehingga nyeri tidak di persepsikan
2.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis, kelemahan.

DS :
Pasien mengatakan tidak bisa terlalu bergerak

DO :
Pasien Nampak lemah

Tujuan :
  •  Diharapkan pasien dapat          menunjukkan peningkatan mobilitas seoptimal mungkin

KH :
  • Meningkatkan mobilitas
  • Pasien dapat beraktivitas lagi
1.bantu pasien dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan



2.latihan tentang gerak pasif sesegera mungkin




3. Berikan foodboard/penyangga kaki

4. Pertahankan posisi tangan , lengan ,kaki dan tungkai.

1.menghemat energi pasien dapat mengcegah kelelahan


2.untuk mengcegah kekakuan sendi Yang dapat berlanjut pada keterbatasan gerak

3.mempertahankan posisi ekstremitas


4. posisi ekstremitas  yang kurang tepat akan terjadi dislokasi

3.
Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan tidak enak makan

DS  :
Pasien mengatakan tidak enak makan

DO  :
Pasien Nampak lemah
Tujuan :
  • Kebutuhan nutrisi terpenuhi

KH  :
  • Nafsu makan meningkat
  • Pasien tidak lemah
1.kaji pola makan pasien







2.anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering



3.anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi

 4.anjurkan banyak makan sayuran yang berwarna hijau


5.libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi kebutuhan pasien

1.untuk mengetahui kebutuhan nutrisi pasien dan meminimalkan asupan dalam tindakan selanjutnya

2.dapat mengurangi rasa kebosangan dan memenuhi kebutuhan nutrisi sedikit demi sedikit

3.agar menambah nafsu makan pada saat makan


4.banyak mengandung zat besi


5.pastisipasi dalam keluarga dapat meningkatkan asupan nutrisi untuk kebutuhn energy.






IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

INISIAL PASIEN        : TN. H            RUANGAN : BEDAH KELAS 1.4
NO. RM                       : 041550
NO
DX.KEP
WAKTU
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN
NAMA JELAS
1.
DX.1
15.00







15.15




15.30





15.50


1. Mobservasi atau memantau TTV
Hasil : 
         TD : 120/80 mmhg
           N : 80×/ menit
            P : 20×/menit
            S : 36 ®C

2.Mengkaji tingkat dan skala nyeri
Hasil :
Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala 4 ( sedang )

3.berikan posisi yang nyaman dan menganjurkan untuk bedrest
Hasil :
Pasien Nampak nyaman dengan posisi bedrest

4.penatalaksanaan pemberian obat
Hasil :
Pasien Nampak rileks setelah pemberian analgetik













SAHRUL
2.

16.00





16.20






16.30





16.40
1. Membantu  dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
Hasil : Keluarganya mengerti dan selalu membantu paien

2.lakukan rentang gerak pasifsesegera mungkin
Hasil:
Pasien sering melakukan gerak rentang pasif

3. Berikan foodboard/penyangga kaki
Hasil :
Nampak terpasang fodboard/penyangga kaki

4. Pertahankan posisi tangan , lengan ,kaki dan tungkai.
Hasil :












 SAHRUL
3.
DX.3
17.00



17.15




17.70





17.40





18.30



1.mengkaji pola makan pasien
Hasil : pasien  mulai teratur makan

2.mengajurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering.
Hasil :  pasien makan dalam porsi kecil tapi sering

3.menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi
Hasil :  Mulut dan gigi pasien Nampak bersih

4.menganjurkan banyak makan sayuran yang berwarna bhijau
Hasil :  Pasien mulai menyukai / mengkomsumsi sayuran berwarna hijau

5.melibatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi pasien
Hasil :
Keluarga pasien mengerti dan selalu menyuapi pasien pada saat makan












 SAHRUL




 


IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

INISIAL PASIEN     : TN. H              RUANGAN : BEDAH KELAS 1.4
NON. RM                 : 041550
NO
DX.KEP
WAKTU
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN
NAMA JELAS
1.
DX.1
15.00







15.15





15.30






15.50


1. Mobservasi atau memantau TTV
Hasil : 
         TD : 120/80 mmhg
           N : 80×/ menit
            P : 20×/menit
            S : 36 ®C

2.Mengkaji tingkat dan skala nyeri
Hasil :
Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala 4 ( sedang )

3.berikan posisi yang nyaman dan menganjurkan untuk bedrest
Hasil :
Pasien Nampak nyaman dengan posisi bedrest

4. penatalaksanaan pemberian obat
Hasil :
Pasien Nampak rilesk setelah pemberian analgetik











 SAHRUL
2.
DX 2
16.00





16.20






16.30





16.40
1. Membantu  dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
Hasil : Keluarganya mengerti dan selalu membantu paien

2.lakukan rentang gerak pasifsesegera mungkin
Hasil:
Pasien sering melakukan gerak rentang pasif

3. Berikan foodboard/penyangga kaki
Hasil :
Nampak terpasang fodboard/penyangga kaki

4. Pertahankan posisi tangan , lengan ,kaki dan tungkai.
Hasil :


  









SAHRUL
3.
DX.3
17.00


17.15





17.70






17.40





18.30



1.mengkaji pola makan pasien
Hasil : pasien  mulai teratur makan

2.mengajurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering.
Hasil :  pasien makan dalam porsi kecil tapi sering

3.menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi
Hasil :  Mulut dan gigi pasien Nampak bersih

4.menganjurkan banyak makan sayuran yang berwarna bhijau
Hasil :  Pasien mulai menyukai / mengkomsumsi sayuran berwarna hijau

5.melibatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi pasien
Hasil :
Keluarga pasien mengerti dan selalu menyuapi pasien pada saat makan













 SAHRUL





              
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

INISIAL PASIEN        : TN. H           RUANGAN : BEDAH KELAS 1.4
NO. RM                       : 041550
NO
DX.KEP
WAKTU
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN
NAMA JELAS
1.
DX.1
15.00







15.15





15.30






15.50

1. Mobservasi atau memantau TTV
Hasil : 
         TD : 120/80 mmhg
           N : 80×/ menit
            P : 20×/menit
            S : 36 ®C

2.Mengkaji tingkat dan skala nyeri
Hasil :
Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala 4 ( sedang )

3.berikan posisi yang nyaman dan menganjurkan untuk bedrest
Hasil :
Pasien Nampak nyaman dengan posisi bedrest

4.penatalaksanaan pemberian obat
Hasil :
Pasien Nampak rileks setelah pemberian analgetik


  










 SAHRUL
2.

16.00





16.20






16.30





16.40
1. Membantu  dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
Hasil : Keluarganya mengerti dan selalu membantu paien

2.lakukan rentang gerak pasifsesegera mungkin
Hasil:
Pasien sering melakukan gerak rentang pasif

3. Berikan foodboard/penyangga kaki
Hasil :
Nampak terpasang fodboard/penyangga kaki

4. Pertahankan posisi tangan , lengan ,kaki dan tungkai.
Hasil :













 SAHRUL
3.
DX.3
17.00



17.15




 17.70





17.40





18.30



1.mengkaji pola makan pasien
Hasil : pasien  mulai teratur makan

2.mengajurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering.
Hasil :  pasien makan dalam porsi kecil tapi sering

3.menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi
Hasil :  Mulut dan gigi pasien Nampak bersih

4.menganjurkan banyak makan sayuran yang berwarna bhijau
Hasil :  Pasien mulai menyukai / mengkomsumsi sayuran berwarna hijau

5.melibatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi pasien
Hasil :
Keluarga pasien mengerti dan selalu menyuapi pasien pada saat makan

  










SAHRUL






EVALUASI KEPERAWATAN

            NAMA/UMUR             : TN. H
            RUANG/KAMAR        : Bedah kelas 1.4
HARI/TGL
WAKTU
EVALUASI/SOAP/SOAPIER
NAMA JELAS
Selasa/
7/06/2016

20.00






S  : pasien mengatakan nyeri pada daaerah    kepala.
O : pasien Nampak rileks
A : masalah nyeri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1.      Mengobservasi TTV
2.      Mengkaji tingkat dan skala nyeri
3.      Berikan posisi yang nyaman
4.      penatalaksanaan dalam pemberian obat.








 SAHRUL
Selasa/
7/06/2016

20.20

S  : pasien mengatakan tidak bisa terlalu bergerak
O  : pasien nampak lemah
A  : Masalah belum teratasi
P  : lanjutkan intervensi
1.      Membantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
2.      Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin
3.      Berikan foodboard/penyangga kaki
4.      Pertahankan posisi tangan, lengan kaki dan tungkai.
     








 SAHRUL
Selasa/
7/06/2016
20.30
S  : pasien mengatakan tidak enak makan
O  : pasien nampak lemah
A  : masalah belum teratasi
P  : lanjutkan intervensi
1.      Mengkaji pola makan pasien
2.      Menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi
3.      Menganjurkan banyak makan sayuran yang berwarna hijau
4.      Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi








 SAHRUL



EVALUASI KEPERAWATAN

            NAMA/UMUR             : TN. H
            RUANG/KAMAR        : Bedah kelas 1.4
HARI/TGL
WAKTU
EVALUASI/SOAP/SOAPIER
NAMA JELAS
Rabu /
8/06/2016

20.00






S  : pasien mengatakan nyeri pada daaerah kepala.
O : pasien Nampak rileks
A : masalah nyeri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi ( 1,2 dan 3 )
1.      Mengobservasi TTV
2.      Mengkaji tingkat dan skala nyeri
3.      Berikan posisi yang nyaman
4.      penatalaksanaan dalam pemberian obat.








SAHRUL
Rabu /
8/06/2016

20.20

S  : pasien mengatakan tidak bisa terlalu bergerak
O  : pasien nampak lemah
A  :  Masalah belum teratasi
P  :  lanjutkan intervensi ( 1,2 dan 4 )
1.      Membantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
2.      Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin
3.      Berikan foodboard/penyangga kaki
4.      Pertahankan posisi tangan, lengan kaki dan tungkai.


  







SAHRUL
Rabu /
8/06/2016
20300
S   : pasien mengatakan tidak enak makan
O  : pasien nampak lemah
A   : masalah belum teratasi
P   : lanjutkan intervensi ( 1, 3 dan 4 )
1.      Mengkaji pola makan pasien
2.      Menganjurkan pasien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi
3.      Menganjurkan banyak makan sayuran yang berwarna hijau
4.      Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi









  SAHRUL




EVALUASI KEPERAWATAN

            NAMA/UMUR             : TN. H
            RUANG/KAMAR        : Bedah kelas 1.4
HARI/TGL
WAKTU
EVALUASI/SOAP/SOAPIER
NAMA JELAS
kamis /
9/06/2016

20.00






S  : pasien mengatakan tidak merasakan nyeri lagi.
O : pasien Nampak rileks
A : masalah nyeri  teratasi
P : pertahankan intervensi
  


SAHRUL
kamis  /
9/06/2016

20.20

S  : pasien mengatakan sudah dapat bergerak dengan bebas
O  : pasien nampak  ceria/bersemangat
A  : Masalah teratasi
P  : pertahankan intervensi





 SAHRUL
Kamis  /
9/06/2016
20.30
S  : pasien mengatakan nafsu makan mulai meningkat
O  : pasien nampak ceria/bersemangat
A  : masalah nutrisi terpenuhi
P  : pertahankan  intervensi


  


SAHRUL







Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASKEP STRUMA

LP dan Resume DBD (Demam Berdarah Dengue)