ASKEP STRUMA


LAPORAN PENDAHULUAN

STRUMA DI  RUANGAN PERAWATAN MARINA (BEDAH)

RSUD Dr. H. M. ANWAR  MAKKATUTU

KABUPATEN BANTAENG




OLEH :

SAHRUL,S.Kep
218NS2046


       C 1  INSTITUSI       C 1 LAHAN



         (....................)       (....................)                  




STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN 2019


LAPORAN PENDAHULUAN



1.    Defenisi
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh  penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam  jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar-debar, keringat, gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata membesar,  penyakit ini dinamakan hipertiroid.
2.    Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
a.    Defisiensi iodium
b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid
c.   Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol,lobak, kacang kedelai)
d. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).
Penyebab kelainan ini bermacam-macam, pada siapa orang dapat di jumpai masa karena kebutuhan terhadapa tiroksin bertambah, terutama masa pubertas, pertumbuhan, menstruasi, kehamilan, laktasi, monepouse, infeksi atau stress lain. Pada masa-masa tersebut dapat di jumpai hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid. Perubahan ini dapat menimbulkan nodularita kelenjar tiroid serta kelainan arsitektur yang dapat berlanjut dengan berkurangnya aliran darah di daerah tersebut sehingga terjadi iskemia. (manjoer,2002)
3. Klasifikasi
Klasifikasi dan karakteristik strauma nodusa menurut (manjoer,2002) antar lain:
a.    Berdasarkan jumlah nodul
· Struma nodusa soliter : jika jumlah nodul hanya satu
·   Struma multi nodusa : jika jumlah nodul lebih dari satu
b.Berdasarkan kemampuan menangkap yodium radioaktif
·      Nodul dingin
·      Nodul hangat
·      Nodul panas
c.    Berdasarkan konsistensi
·      Nodul lunak
·      Nodul kistik
·      Nodul keras
·      Nodul sangat keras
4.    Anatomi
Hormon tiroid menghasilkan :
a.T4 (Tiroxine), berfungsi untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
b.T3 (Tridothyronin), berfungsi ntuk mempercepat metabolisme tubuh.
5.    Manifestasi Klinis
Pada penyakit struma awalnya kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi seperti sesak, refleks batuk dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan, nyeri.
6.    Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk  pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.
Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4) dan molekul Triodotironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung  pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.
7.    Tanda dan Gejala
a.    Berdebar-debar
b.    Keringat
c.    Gemetaran
d.   Bicara jadi gagap
8. Pemeriksaan penunjang
a.    Pemeriksaan sidik tiroid
b.    Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
c.    Biopsi aspirasi jarum halus (Fine Needle Aspiration/FNA)
d.   Termografi
e.    Petanda tumor
9. Penatalaksanaan
a.    Operasi/pembedahan
b.    Yodium radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50%.
c.    Pemberian tiroksin dan obat anti tiroid
Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma.
10.    Discharge planning
a.Anjurkan untuk tidak bicara terus menerus post operasi hari 1 dan ke-2, pertahankan komunikasi yang sederhana.
b.Pertahankan lingkungan yang tenang dan istirahat yang cukup
c.Sarankan untuk menghindari makan yang bersifat goitrogenik, misalnya makanan laut yang berlebihan, kacang kedelai, lobak dan merupakan kontrak indikasi setelah thyroidectomy karena makanan tersebut dapat menghambat aktifitas thyroid
d.  Pada masyarakat struma timbul sebagai akibat kekurangan yodium, garam dapur harus diberi tambahan yodium.
e.Konsumsikan makanan tinggi clasium dan vitamin D
f.Jaga kebersihan luka post op thyroidectomy
e.    Mencret
f.     Berat badan menurun
g.    Mata membesar


ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a.    Identifikasi klien
b.   Keluhan utama klien.
Pada klien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada umumnya adalah nyeri akibat luka operasi.
c.    Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
d.   Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali, tetangga atau penduduk sekitar berpenyakit gondok.
e.    Riwayat kesehatan keluarga
Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien saat ini.
f.    Riwayat psikososial
Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga ada kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.
g.   Pemeriksaan fisik
·      Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.
·      Kepala dan leher
Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.
·      Sistim pernafasan
Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
·      Sistim Neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.
·      Sistim gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang.
h.   Pengkajian data dasar
·      Aktivitas/istirahat
insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
·      Eliminasi
urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
·      Integritas ego
mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.
·      Makanan/cairan
kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid.
·      Rasa nyeri/kenyamanan
nyeri orbital, fotofobia.
·      Keamanan
tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
·       Seksualitas
libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi

2. Diagnosa Keperawatan
1)      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan spame laryngeal.
2)  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi kurang, disfagia
3)      Nyeri akut b.d tindakan bedah terhadap jaringan/otot dan edema pasca operasi
4)      Hambatan komunikasi verbal b.d cedera pita suara/kerusakan laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan
5)      Resiko infeksi b.d port de entry kuman
3. Rencana Keperawatan
1.     Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan spame laryngeal.
a.   NOC
·         Respiratory status : vebtilation
·         Respiratory ststus : airway patency
b.   Kriteria Hasil :
·         Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu barnafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
·       Menunjukan jalannapas yang paten (klien tidak meras tercekik, irama napas, frekwensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara napas abnormal)
·       Mampu mengindetifikasikan dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan napas
c.   NIC :
Airway suction :
1.Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
2. Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suctioning
3.Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
4.Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan
5.Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suktion nasotrakeal
6.Gunakan alat yang steril setiapmelakukan tindakan
7.Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
8. Monitor status O2 pasien
9.Ajarkan keluarga bagaimana cara meakukan suctioan
10. Hentikan suction dan berikan O2 apabila pasien menunjukan bradikardi, peningkatan satu rasi O2, dll
2.     Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi kurang, disfagia
a.   NOC
1.   Nutritional status
2.   Nutritional status : food and fluid
3.   Intake
4.   Nutritional status : nutrient intake
5.   Weight control
b.   Kriteria Hasil :
1.Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2.Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3.Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda malnutrisi
5.Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6. Tidak terjadi penurunan berat badan
c.   NIC :
    Nutrition management :
1. Kaji adanya alergi makanan
2.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan jumlah kalori dan nutisi yang dibutuhkan pasien
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
4.Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5.   Berikan substansi gula
6.Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
7.   Berikan makanan yang terpilih
8.  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
9.Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10.Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
11.Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
12. mengkaji vital sign
13. monitor lingkungan selama makan
14.monitor adanya penurunan berat badan
3.     Nyeri akut b.d tindakan bedah terhadap jaringan/otot dan edema pasca operasi
a.   NOC
1. Pain level
2.   Pain control
3.   Comfort level
b.   Kriteria Hasil :
1.Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunkan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2.Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajement nyeri
3.Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekwensi dan tanda nyeri)
4.Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
c.   NIC :
Pain management
1.Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi, kualiatas dan faktor presipitasi
2.Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3.Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
4.Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
5.Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
6.Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidak efektifan kontrol nyeri masa lampau
7.Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
8.Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
9.  Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
11.Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12.Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16.Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak  berhasil
17.Monitor penerimaan pasien tentang menejemen nyeri
4. Hambatan komunikasi verbal b.d cedera pita suara/kerusakan laring, edema jaringan, nyeri, ketidaknyamanan
a.   NOC
1.    Anxiety self control
2.    Coping
3.    Sensory function : hearing dan vision
4.    Fear self control
b.   Kriteria Hasil :
1.Komunikasi : penerimaan, interpretasi, dan ekspresi pesan
2.Lisan, tulisan dan non verbal meningkat
3.Komunikasi ekspresif (kesulitan berbicara) : ekspresi pesan verbal dan atau non verbal yang bermakna
4.Komunikasi resepti (kesulitan mendengar) : penerimaan komunikasi dan intrepretasi pesan verbal dan atau non verbal
5.Gerakan terkoordinasi : mampu mengkoordinasi gerakan dalam menggunakan isyarat
6.Pengolahan informasi : klien mampu untuk memperoleh, mengatur, dan menggunakan informasi
7.  Mampu mengontrol respon ketakutan dan kecemasan terhadap ketidakmampuan berbicara
8.Mampu memanajemen kemampuan fisik yang dimilik
9.Mampu mengkomunikasikan kebutuhan dengan lingkungan sosial
c.   NIC :
    Communication enhacement : speech deficit
1.Gunakan penerjemah, bila diperlukan
2.Beri satu kalimat simple setiap bertemu, jika diperlukan
3.Konsultasikan dengan dokter kebutuhan terapi wicara
4.Dorong pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan untuk mengulangi permintaan
5. Dengarkan dengan penuh perhatian
6.Berdiri didepan pasien ketika berbicara
7.Gunakan kartu baca, kertas, pensil, bahasa tubuh, gambar, daftar kosa kata bahasa asing, komputer, dll untuk memfasilitasi komunikasi dua arah yang optimal
8.Ajarkan bicara dari esophagus, bila diperlukan
9.Beri anjuran kepada pasien dan keluarga tentang penggunaan alat bantu baicar (misalnya, prostesi, trakeoesofagus, dan laring buatan)
10.Berikan pujian positif, jika diperlukan
11. Anjurkan pada pertemuan kelompok
12. Anjurkan kunjungan keluarga secara teratur untuk memberi stimulasi komunkasi
13. Anjurkan ekspresi diri dengan cara lain dalam menyampaikan informasi (bahasa isyarat)
5.    Resiko infeksi b.d port de entry kuman
a.   NOC
1.   Immune status
2.   Knowledge : infection control
3.   Risk control
b.   Kriteria Hasil :
1.Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2.Mendiskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
3.Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4.    Jumlah leukosit dalam batas normal
5.    Menunjukkan perilaku hidup sehat
c.   NIC :
        Infection control (kontrol infeksi)
1.    Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2.     Pertahankan teknik isolasi
3.     Batasi pengunjung bila perlu
4.    Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjyng meninggalkan pasien
5.Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
6.Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
7.Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
8.Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
9.Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
10.Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
11. Tingkatkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu infektion protektion (proteksi terhadap infeksi)
13. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan loka
14. Monitor hitung granulosit, WBC
15. Monitor kerentanan terhadap infeksi
16. Batasi pengunjung
17.Sering pengunjung terhadap penyakit menular
18.Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
19. Pertahankan teknik isolasi k/p
20.Berikan perawatan kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, pans, drainase
21. Inspeksi kondisi luka/ insisi bedah
22. Dorong masukkan nutisi yang cukup
23. Dorong masukkan cairann
24. Dorong istirahat
25.Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
26.Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
27. Ajarkan cara menghindari infeksi
28. Laporkan kecurigaan infeksi
29. Laporkan kultur positif


DAFTAR PUSTAKA

Doenges E. Marylnn, et all, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi Ketiga,Penerbit Buku Kedokteran,EGC,Jakarta.
Engram Barbara, (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 3, Penerbit : Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Henderson M. A, Ilmu Bedah Untuk Perawat, Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta.
Amin H.N. & Hardhi.K. (2015), Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC,JILID 3, penerbit:Media action publishing.yogjakarta
Moelianto Djoko R, (1996), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga, Balai Penerbit FKUI Jakarta.



Komentar

  1. Play The Real Money Slot Machines - Trick-Taking Game - Trick-Taking
    How to 1등 사이트 Play. Play The Real Money Slot Machine. If you are herzamanindir.com/ searching for a fun, exciting wooricasinos.info game to play online, we https://tricktactoe.com/ have you covered. deccasino

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

LP DAN ASKEP TCR

LP dan Resume DBD (Demam Berdarah Dengue)