LP dan Resume Sistitis
LAPORAN
PENDAHULUAN
CYSTITIS
DI RUANGAN PERAWATAN BEDAH
RSUD Dr. H. M. ANWAR MAKKATUTU
KABUPATEN
BANTAENG
OLEH
:
SAHRUL
14 CP 1073
S1 KEPERAWATAN
C 1 LAHAN C1 INSTITUSI
STIKES TANAWALI
PERSADA
KAMPUS
II BANTAENG
KONSEP
DASAR MEDIS
A.
DEFINISI
Sistitis atau radang
kandung kemih, lebih sering terdapat pada wanita daripada pria, karena dekatnya
muara uretra dan vagina dengan daerah anal. Organisme gram-negatif dapat sampai
ke kandung kemih selama bersetubuh, terutama uretra, atau karena kurang
higienis. Biasanya organisme ini cepat dikeluarkan sewaktu berkemih (miksi).
Pada pria, secret prostat memiliki sifat antibacterial. (Jan Tambayong, 2000)
Sistitis adalah
inflamasi kandung kemih. Inflamasi ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri
(biasanya Escherichia coli ) yang menyebar dari uretra atau karena respon
alergik atau akibat iritasi mekanis pada kandung kemih. Gejalanya adalah sering
berkemih dan nyeri (disuria) yang disertai darah dalam urine (hematuria).
(Ethel Stoane, 2003)
Sistitis adalah
inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari
uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine dari uretra ke dalam
kandung kemih (refluks uretrovesikal), kontaminasi fekal, atau penggunaan
kateter atau sistoskop. Sistitis terjadi lebih sering pada wanita; biasanya
disebabkan oleh Escherichia coli . Awitan aktivitas seksual berkaitan dengan
peningkatan frekuensi infeksi saluran perkemihan pada wanita, terutama mereka
yang gagal untuk berkemih setelah melakukan hubungan seksual. Infeksi juga
berkaitan dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma karena kontrasepsi
ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan
sempurna kandung kemih. Sistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat
beberapa factor (mis., prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada
kandung kemih). (Diane C. Baughman, 2000)
B.
ETIOLOGI
Pada umumnya disebabkan
oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90%
infeksi akut pada penderita tanpa kelainan urologis atau kalkuli. Batang gram
negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan
pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksi tanpa komplikasi.
Organisme-organisme ini dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi
rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi
urologis, kalkuli atau obstruksi.
Pada wanita biasanya
karena bakteri-bakteri daerah vagina ke arah uretra atau dari meatus terus naik
ke kandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang tersering
disebabkan karena infeksi E.coli.
Pada pria biasanya
sebagai akibat dari infeksi di ginjal, prostat, atau oleh karena adanya urine
sisa (misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder)
atau karena infeksi dari usus.
B.
MANIFESTASI KLINIS
1. Dorongan, sering,
rasa terbakar, dan nyeri saat berkemih.
2. Nokturiam nyeri atau
spasme pada region kandung kemih dan area suprapubik.
3. Piuria, bacteria,
dan hematuria.
(Diane C. Baughman,
2000)
C.
PATOFISIOLOGI
Cystitis merupakan
infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh bakteri gram
negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara
hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun
kronik dapat bilateral maupun unilateral.
Cystitis terutama
berasal dari mikroorganisme pada faeces yang naik dari perineum ke uretra dan
kandung kemih serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi,
bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium
traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme
pertahan penjamu dan cetusan inflamasi.
Bakteri dari vagina
bisa berpindah dari uretra ke kandung kemih.Wanita sering menderita infeksi
kandung kemih setelah melakukan hubungan seksual, kemungkinan karena uretra
mengalami cedera pada saat melakukan hubungan seksual.
Kadang infeksi kandung
kemih berulang pada wanita terjadi karena adanya hubungan abnormal antara
kandung kemih dan vagina (fistula vesikovaginal).
Infeksi kandung kemih
jarang terjadi pada pria dan biasanya berawal sebagai infeksi uretra yang
bergerak menuju prostat lalu ke kandung kemih.Selain itu, infeksi kandung kemih
bisa terjadi akibat pemasangan kateter atau alat yang digunakan selama
pembedahan.Penyebab tersering dari infeksi kandung kemih berulang pada pria
adalah infeksi prostat karena bakteri yang bersifat menetap. Antibiotik dengan
segera akan melenyapkan bakteri dari air kemih di dalam kandung kemih, tetapi
antibiotik tidak dapat menembus prostat dengan baik sehingga tidak dapat
meredakan infeksi di dalam prostat. Karena itu, jika pemakaian antibiotik
dihentikan, maka bakteri yang berada di dalam prostat akan cenderung kembali
menginfeksi kandung kemih.
Hubungan abnormal
antara kandung kemih dan usus (fistula vesikoenterik) kadang menyebabkan
bakteri pembentuk gas masuk dan tumbuh di dalam kandung kemih. Infeksi ini bisa
menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung udara di dalam air kemih
(pneumaturia).
Secara normal, air
kencing atau urine adalah steril alias bebas kuman. Infeksi terjadi bila
bakteri atau kuman yang berasal dari saluran cerna jalan jalan ke urethra atau
ujung saluran kencing untuk kemudian berkembang biak disana. Maka dari itu
kuman yang paling sering menyebabkan cystitis adalah E.coli yang umum terdapat
dalam saluran pencernaan bagian bawah. ISK ini adalah radang Pertama tama,
bakteri akan menginap di urethra dan berkembang biak disana. Akibatnya, urethra
akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan nama urethritis. Jika kemudian
bakteri naik ke atas menuju saluran kemih dan berkembang biak disana maka saluran
kemih akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan istilah cystitis. Jika
infeksi ini tidak diobati maka bakteri akan naik lagi ke atas menuju ginjal dan
menginfeksi ginjal yang dikenal dengan istilah pyelonephritis.
pasu-ginjal (pyelitis)
dan pyelobephiritis dan prostatitis, dimana jaringan-jaringan organ terkena
infeksi. Kombinasi dari infeksi dan obstruksi saluran kemih dapat menimbulkan
dengan cepat kerusakan ginjal serius. Keadaan ini merupakan penyebab penting
terjadinya keracunan (septicaemia) oleh kuman-kuman gram negative, yang dapat
membahayakan jiwa.
D.
PEMERIKSAAN
1. Biakan bakteri dan
tes sensitivitas harus dilakukan atas secret purulen apa pun yang dikeluarkan
dari uretra atau kelenjar Skene serta atas contoh urin aliran tengah yang
diambili bersih. Setelah ostium uretra dibersihkan dengna larutan antiseptic,
pasien miksi dan wadah steril dipakai untuk menampung tengah-tengah aliran.
Volume urin yang tetap, baisanya 0,01 ml, kemudian diinokulasi pada lempengan
agarm setelah inkubasi koloni dihitung dan jumlah satuan pembentuk koloni
(bakteri) pada contoh asli dihitung. Hitung koloni 100.000 atau lebih dianggap
menggambarkan “bakteriuri bermakna”.
2. Sistoskopi dapat
diindikasikan, bila sistitis persisten dan rekurens.
(Ben-Zion Taber, 1994)
E.
PENATALAKSANAAN
1. medikanmentosa
1. medikanmentosa
Pengobatan meliputi
cairan yang adekuat, analgesic vesika urinaria, seperti fenazopiridin
(Pyridium), dan terapi antimikroba.
Mikroorganisme yang
bertanggung jawab terhadap infeksi tergantung pada riwayat infeksi sebelumnya,
terapi antimikroba sebelumnya, rawat inap, tindakan bedah, dan instrumentasi
traktus urinarius. Basil koliformis gram negative merupakan organism yang biasa
diidentifikasi; Escherichia coli bertanggung jawab bagi lebih dari 80% bacteria
yang diidentifikasi dari kasus tanpa komplikasi.
Antimikroba yang
tersering diberikan meliputi sulfisoksazol (Gantrisin) (pada mulanya 2 gram
dilanjutkan dengan 1 gram empat kali sehari) dan ampisilin (500 mg empat kali
sehari per oral). Selama kehamilan ampisilin lebih disukai.
Terapi dosis tunggal
sering menyembuhkan wanita dewasa dengan gejala traktus urinarius bawah yang
mulatimbulnya akut tanpa tanda traktus urinarius atas. Paduan yang
direkomendasikan meliputi: sulfisoksazol (1 gram); trimetoprim (160 mg) dikombinasi
dengan sulfametoksazol (800 mg) dan amoksilin (3 gram). Pada “infeksi tanpa
komplikasi”, terapi terutama bertujuan menghilangkan gejala. (Ben-Zion. Taber,
1994)
2.Pendidikan
2.Pendidikan
Karena sistitis dapat
disebabkan oleh bakteri feses, maka dapat dianjurkan instruksi pasien dalam
hygiene perineum. Setelah suatu defekasi, feses harus dibersihkan dari anus
dengan arah ke posterior dan jaringan dibuang. Lipatan jaringan kedua kemudian
digunakan untuk membersihkan ostium uretra, peningkatan pembersihan introitus
vagina dengan sabun dan air atau larutan providon-yodium mungkin bermanfaat.
Sistitis yang menyertai
koitus dapat dicegah dengan memodifikasi posisi koitus maupun berkemih segera
setelah senggama.
KONSEP
DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1. Anamnesa
1. Identitas
- Pada wanita, kebanyakan infeksi kandung kemih diakibatkan oleh infeksi ascenden yang berasal dari uretra dan seringkali berkaitan dengan aktivitas seksual.
- Pada pria, dapat diakibatkan infeksi ascenden dari uretra atau prostat tetapi agaknya lebih sering bersifat sekunder terhadap kelainan anatomik dari traktus urinarius.
- Cystitis pada anak-anak dapat terjadi oleh karena abnormal dalam urinary tract (saluran kencing ). Oleh karena itu, anak-anak dengan cystitis, khususnya di bawah usia 5 tahun, perlu tindak lanjut khusus untuk mencegah kerusakan ginjal nantinya.
2. Keluhan Utama
Biasanya
pasien mengeluh nyeri dan rasa panas pada saat berkemih.
3. Riwayat Kesehatan
1.
Riwayat penyakit sekarang:
- Adanya disuria, polakisuria, nokturia, rasa tidak enak di daerah suprapubis, nyeri tekan pada palpasi di daerah suprapubis.
- Adanya gejala sistemik berupa pireksia, kadang-kadang menggigil; sering lebih nyata pada anak-anak, kadang-kadang tanpa gejala atau tanda-tanda infeksi lokal dari traktus urinarius.
2.
Riwayat penyakit dahulu:
- Kaji riwayat ISK sebelumnya.
- Kaji apakah pasien menderita diabetes, karena biasanya lebih sering terjadi pada penderita diabetes.
- Pada wanita, kaji apakah pernah menggunakan kontrasepsi atau diafragma, karena penyakit ini dapat meningkat pada wanita yang menggunakan kontrasepsi atau diafragma yang tidak terpasang dengan tepat.
3.
Riwayat Psikososial
Nyeri
dan kelelahan yang berkenaan dengan infeksi dapat berpengaruh terhadap
penampilan kerja dan aktivitas kehidupan sehari-hari.
4. Pemeriksaan fisik
- Data objektif
- Pemeriksaan Abdomen: gambaran ini biasanya normal, dengan kemungkinan kekecualian nyeri tekan suprapubik.
- Pemeriksaan Pelvis: secret purulen dapat diekspresikan dari uretra atau kelenjar Skene. Divertikel uretra dicurigai, bila pus tampak pada ostium uretrae eksternum setelah uretra dikosongkan melalui vagina dengan jari dalam vagina. Pada pemeriksaan bimanual, nyeri tekan vesika urinaria dapat dipalpasi. Sering, pemeriksaan pelvis benar-benar normal.
- Pemeriksaan per-sistem
1.
B1 (Breath)
RR
meningkat karena nyeri.
2.
B2 (Blood)
Peningkatan
tekanan darah,nadi meningkat,suhu meningkat
3.
B3 (Brain)
Biasanya
tidak mengalami masalah
4.
B4 ( Bladder )
Nyeri
tekan pada palpasi di daerah suprapubis, Urin keruh dan mungkin berbau tidak
enak dengan leukosit, eritrosit, dan organisme.
5.
B5 ( Bowel )
Biasanya
tidak mengalami masalah
6.
B6 ( Bone )
Biasanya
tidak mengalami masalah
B.
DIAGNOSA
- Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada kandung kemih.
- Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih.
- Nyeri akut yang berhubungan dengan proses penyakit.
- Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
C.
INTERVENSI
1. Infeksi yang
berhubungan dengan adanya bakteri pada kandung kemih.
Tujuan:Setelah di lakukan tindakan
keperawatan pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria
Hasil:
·
Tanda vital dalam batas normal
·
Nilai kultur urine negative
· Urine berwarna bening dan tidak bau
Intervensi:
- Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C.
- Catat karakteristik urine.
Rasional:
Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari
hasil yang diharapkan.
- Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak ada kontra indikasi.
Rasional:
Untuk mencegah stasis urine.
- Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi.
Rasional:
Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.
- Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih.
Rasional:
Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih
- Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
Rasional:
Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra.
2.
Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau nokturia)
yang berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat mempertahankan pola
eliminasi secara adekuat.
Kriteria
Hasil:
- Klien dapat berkemih setiap 3 jam.
- Klien tidak kesulitan pada saat berkemih.
- Klien dapat BAK dengan berkemih.
Intervensi:
1.Ukur dan catat urine setiap kali
berkemih.
Rasional:
Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/
output.
2.Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 jam
Rasional:
Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.
3. Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
Rasional:
Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.
4.Bantu klien ke kamar kecil, memakai
pispot/urinal.
Rasional:
Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.
5.Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang
nyaman.
Rasional:
Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
3. Nyeri akut yang
berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien merasa nyaman dan nyerinya
berkurang.
Kriteria
Hasil:
- Pasien mengatakan/tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.
- Kandung kemih tidak tegang.
- Pasien nampak tenang.
- Ekspresi wajah tenang.
Intervensi:
- Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri.
- Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.
- Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi.
- Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi.
4.Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda- tanda
gelisah.
Kriteria
hasil :
·
Klien tidak gelisah
·
Klien tenang
Intervensi:
- Beri support pada klien.. Rasional: Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME.
- Beri penjelasan tentang penyakitnya. Rasional: Agar klien mengerti.
- Kaji tingkat kecemasan: Rasional: Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien.
- Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya. Rasional: Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Baughman, Diane C.
2000. Keperawatan Medikal- Bedah: Bukus Saku untuk Brunner dan Suddarth .
Jakarta: EGC.
http://irma-r-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-44723-Umum-SISTITIS.html
. Di akses pada 24 April 2014.
http://musyrihah-megarezky.blogspot.com/2011/11/askep-sistitis.html
. Di akses tanggal 24 April 2014.
Taber, Ben-Zion. 1994.
Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi (Manual of Gynecologic and
Obstetric Emergencies) / Ben-Zion Taber—Edisi 2 . Jakarta: EGC.
Tambayong, Jan. 2000.
Patofisiologi untuk Keperawatan / Jan Tambayong. Jakarta: EGC
RESUME
PADA
NY. “R” DENGAN CISTITIS
DI
RUANGAN IGD RSUD Dr. H. M. ANWAR
MAKKATUTU KABUPATEN BANTAENG
OLEH
:
SAHRUL
14 CP 1073
S1 KEPERAWATAN
C 1 LAHAN C1 INSTITUSI
STIKES TANAWALI
PERSADA
KAMPUS
II BANTAENG
FORMAT LAPORAN ANALISA KASUS
PERAWATAN
BEDAH
1. Identitas pasien
Nama : NY. R Pekerjaan : belum bekerja
Umur : 01/07/1983 (35 Tahun) NO
.RM : 15.12.01
Alamat : Barana’loe Tgl
masuk : 03-01-2018
Jenis kelamin : Perempuan Tgl
Pengkajian : 04-01-2018
2. Tindakan prahospital :
3. Triage
a.
Keluhan
utama : Nyeri saat buang air kecil dan sakit perut
bagian bawah
b.
Riwayat
keluhan utama : sudah lima hari merasakan nyeri saat buang
air kecil
c.
TTV : TD :
110/80 mmHg
N :
100
S :
36,5
P :
24
d.
Riwayat
penyakit
Provocative : nyeri timbul pada saat
berkemih
Quality : nyeri seperti perih atau
mules
Region : daearah suprabubik
Severity : skala 3 (ringan )
Timing : hilang timbul
4. Pengkajian primer
Airway : tidak ada sumbatan pada jalan nafas
Breathing : tidak ada kelemahan menelan, batuk dan suara nafas
tambahan
Circulation : TD :
110/80 mmHg
N :
100×/menit
S :
36,5
P :
24×/menit
Disability : tingkat kesadaran baik (composmentis)
5. Pengkajian sekunder
A :
pasien tidak ada alergi makanan atau obat – obatan
M :
pasien mengatakan tidak tahu nama obat dan dosis yang di berikan
P :
pasien dan keluarga pasien mengatakan awalnya pasien hanya sakit kepala
L :
keluaraga pasien mengtakan pasien pernah periksa kepuskesmas
E :
pasien mengatakan kurang nafsu makan
6. Pemeriksaan penunjang
1.urinalis :
a. leukosuria atau piuria
terdapat >5lpbsendimen ar kemih
b. hematuria 5-10 eritrosit/lpb
sendimen air kemih
2. bakteorologis :
a. mikroskopis
b. tes kimiawi
7. Terapi medikasi
—
Ranitidine
1 amp /12jam/
—
Ketrolas
1 amp/8jam/
8. Pengkajian sekunder
1.
Kepala
—
Inspeksi : bentuk kepala normal
Kulit kepala Nampak bersih
—
Palpasi : tidak ada bejolan pada kepala
2.
Rambut
: Rambut berwarna hitam
Rambut tidak rontok
3.
Mata
—
Inspeksi : mata simetris kiri dan kanan
—
Palapsi : tidak terdapat benjolan pada adaerah
mata
Tidak ada nyeri tekan pada daerah mata
4.
Hidung
—
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Tidak Nampak serumen
—
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung
5.
Dada
—
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
—
Palpasi : tidak terdapat benjolan pada dada
6.
Abdomen
—
Inspeksi : abdomen simetris kiri dan kanan
—
Palpasi : ada nyeri saat di tekan
7.
Ekstremitas
—
Atas : akral atas tidak ada luka dan
terpassang infs pada tangan kiri
—
Bawah : namapak tidak ada luka benjolan
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN
INISIAL
PASIEN : NY. R RUANGAN : PERAWATAN BEDAH
NO
RM : 151201
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
|
||
TUJUAN & KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1.
|
Nyeri
akut berhubungan dengan proses penyakit
|
Tujuan :
KH :
|
1.kaji intensitas ,lokasi dan factor
yang memperberat atau meringankan nyeri
2. berikan waktu istirahat yang cukup
dan tingkat aktivitas yang dapat di toleransi
3. anjurkan minum banyak 2-3 liter
jika tidak ada kontra indikasi
4.berikan obat analgetik sesuai dengan
program terapi
|
1.Rasa sakit yang hebat menandakan adanya
infeksi
2.Pasien dapt istirahat dengan tenang
3.untuk pasein dalam berkemih
4.pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh |
2.
|
Perubahan
pola eliminasi urine disuria ,dorongan frekwensi dan atau nokturia)
berhubungan denganinflamasi pada kandung kemih.
|
Tujuan :
KH :
|
1.ukur dan catat urinesetiap kali
berkemih
2.anjurkan untuk berkemih setiap 2-3 jam 3.palpasi kandung kemih tiap 4 jam 4.bantu pasien kekamar kecil memakai pispot/urinal
5.bantu psien untuk mendapatkan posisi
berkemih yang nyaman
|
1.untuk mengetahui adanya perubahan warna dan
untuk mengetahui inpu/output
2.untuk
mencegah terjadinya penumpukan urune dalam visika urunaria.
3.
untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih
4.untuk
memudahkan pasien dalam berkemih
5.
supaya pasien sukar untuk berkemih
|
3.
|
Kurang pengetahuan yang berhubungan
dengan informasi tentang proses penyakit ,metode penyebuhan dan instruksi
perawatan di rumah
|
Tujuan :
KH :
|
1.beri support pada pasien
2.beri penjelasan tentang penyakitnya
3. kaji tingkat kecemasan
4. beri kesempatan pasein untuk mengungkapkan perasaannya |
1.agar pasein menyerahkan sepenuhnya kepada
tuhan yang maha esa
2.agar pasien mengerti
3. untuk mengetaui berat
ringannya kecemasan pasien
4. agar pasien mempunyai semangat dan mau empati
terhadap perawatan dan pengobatan
|
Komentar
Posting Komentar