ASKEP HERNIA


LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA DI  RUANGAN PERAWATAN MARINA (BEDAH) RSUD Dr. H. M. ANWAR  MAKKATUTU 

KABUPATEN BANTAENG


OLEH :

SAHRUL.S.KEP

                                   C 1  INSTITUSI      C 1 LAHAN







STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN 2019


A. KONSEP DASAR MEDIK


1. Definisi
Menurut Suster Nada (2007) Hernia adalah sebuah tonjolan atau benjolan yang terjadi di salah satu bagian tubuh yang seharusnya tidak ada. Hernia adalah protusi (penonjolan) ruas organ , isi organ ataupun jaringan melalui bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan atau lubang abnormal. Menurut Ester (2001) hernia adalah protrusi abnormal organ, jaringan, atau bagian organ melalui struktur yang secara normal berisi. Menurut Jennifer (2007) hernia adalah protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
 Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi penonjolan dibawah inguinalis, di daerah lipatan paha Hernia ini dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Hernia Inguinalis Interalis (indirek)
Hernia inguinalis lateralis karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,lalu hernia masuk ke kanalis inguinalis dan jika cukup panjang,menonjol dan keluar dari anulus inguinalis eksternum.lebih banyak terjadi pada laki-laki usia muda.
b. Hernia Inguinalis Medialis (direk) Hernia yang melalui dinding inguinalis posteromedial dari vasa epigastrika inferior didaerah yang dibatasi segitiga Hasseibach. lebih banyak terjadi pada orang tua.
2. Etiologi
Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia yaitu peningkatan tekanan intrakavitas dan melemahnya dinding abdomen.
a. Kelemahan otot dinding abdomen.
b. Kelemahan jaringan
c. Adanya daerah yang luas di ligamen inguinal
d. Trauma.
e. Peningkatan tekanan intra abdominal.
f. Obesitas
g. Mengangkat benda berat
h. Konstipasi mengejan
i. Kehamilan
j. Batuk kronik
k. Hipertropi prostat
l. Faktor risiko: kelainan congenital
3. Manifestasi Klinis
Adapun Manifestasi Klinis yang timbul menurut Hidayat (2006) dalam yaitu:
a. Penderita terdapat benjolan pada daerah-daerah kemungkinan terjadi hernia.
b. Benjolan bisa mengecil atau menghilang.
c. Bila menangis , mengesan dan mengangkat benda keras akan timbul benjolan kembali
d. Rasa nyeri pada benjolan/ mual dan muntah bila sudah terjadi komplikasi.
e. Benjolan tidak berwarna merah
f. Bila di raba terdapat benjolan
Sedangkan menurut Long (2006), gejala klinis yang mungkin timbul setelah dilakukan operasi :
a. Nyeri
b. Peradangan
c. Edema
d. Pendarahan
e. Pembengkakan skrotum setelah perbaikan hernia inguinalis indirek
f. Retensi urin
g. Ekimosis pada dinding abdomen bawah atau bagian atas paha
4. Komplikasi
Komplikasi yang muncul menurut Hidayat (2006) dalam yaitu
a. Hernia ireponibel (inkarserata)
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hermia tidak dapat dimasukan kembali pada keadaan ini belum terjadi gangguan penyaluran isi usus .
b. Hernia strangulate
Terjadi penekanan terhadap cincin hermia akibat makin banyaknya usus yang masuk . Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus di ikuti dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi)
5. Patofisiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang didapat insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Kanalis inguinalis merupakan kanal yang normal pada fetus. Pada usia 8 bulan masa kehamilan akan terjadi tonjolan desensus vestikulorum melalui kanal tersebut penurunan testis itu akan menarik peritonium ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritonium yang disebut prosesus vaginalis peritoni. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini akan mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Jika menutupnya tidak tepat akan menyebabkan usus terjepit.
Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra abdomen. Hernia yang dapat dikembalikan ke tempat asal disebut reducible, usus keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi bila berbaring, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam abdomen disebut ireducible/inkorserata, karena isi kantong hernia mengalami perlekatan dengan kantong hernia/bisa isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Bila isi hernia mengalami nekrosis biasa disebut strangulata. Isi hernia yang terperangkap akan mengalami gangguan vaskularisasi. Pada awalnya terjadi bendungan vena sehingga terjadi edema organ/struktur di dalam hernia. Timbulnya edema akan menyebabkan jepitan pada cincin hernia menjadi nekrosis dan gangren sehingga kantong hernia berisi eksudat berupa cairan serosanguinus.
Hernia inguinalis ada 2 macam direk dan indirek. Hernia inguinalis indirek keluar dari rongga peritonium melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrikal inferior, masuk ke kanalis inguinalis. Jika cukup panjang menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum atau labia. Hernia ini tiga kali lebih banyak terjadi pada laki-laki pada semua tingkat usia. Sedangkan hernia inguinalis direk terjadi karena kelemahan kanalis inguinalis masuk melalui cincin internal, melewati posterior dinding inguinal langsung ke segitiga Hesselbaeh dan keluar melalui cincin eksternal.
Faktor lain secara kronik seperti batuk kronik, hipertropi prostat, konstipasi sering disertai hernia inguinalis. Pada laki-laki lanjut usia terjadi regenerasi sel-sel dan jaringan ditunjang dengan faktor pekerjaan, strain menyebabkan kanalis inguanalis terbuka,dan adanya kelemahan otot-otot dinding perut sehingga terjadi penurunan isi hernia.
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan dari hernia menurut Hidayat (2006) dengan tindakan sebagai berikut:
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga yaitu untuk mempertahankan isi hernia yang telah di reposisi (pengembalian kembali organ pada posisi normal) .Reposisi ini tidak dilakukan pada hernia stranggulata , pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.Sebaiknya cara ini tidak dilanjutkan karena mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding di didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam.



b. Definitf
Tindakan definitif yaitu dengan jalan operasi.cara yang paling efektif mengatasi hernia adalah pembadahan.untuk mengembalikan lagi organ dan menutup lubang hernia agar tidak terjadi lagi. Ada dua prinsip pembedaahan yaitu:
v  Herniorafi
Perbaikan defek dengan pemasangan jaring melalui operasi terbuka
atau laparoskopik
v  Herniotomi
Pada Herniotomy di lakukan pembedahan kantong hernia sampai lehernya,kantong di buka dan di isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan kemudian direposisi kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin kalau di potong . Menurut Oswari penatalaksanaan hermia yang terbaik adalah operasi dengan jalan menutup lubang hernianya. Bila bagian dinding perut yang lemah dipotong dan dijahit maka di sebut herniorhapy,bila seluruh kantong hernia di potong misalnya pada hernia inkarserata yang telah menjadi gangren maka di sebut herniorapy.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
v Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri di daerah selangkangan atau kemaluan
v Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan ada benjolan di daerah selangkangan, sering kembung dan muntah , tidak nafsu makan apabila BAB atau mengejan timbul benjolan
v Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit hernia 2 tahun yang lalu. apabila digunakan untuk mengangkat benda berat sering sakit di selangkangannya.
v Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa dahulu bapaknya pernah menderita hernia.
b. Polo gordon
v Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
v Pola nutrisi dan metabolic
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis disebabkan Mual muntah .
v Pola eliminasi
BAK : adanya retensi urin / inkonteninsia urine
BAB : adanya konstipasi
v Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena ada salah satu ekstermitas yang mengalami gangguan untuk berjalan.
v Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di selangkangan
v Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
v Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
v Pola reproduksi / seksual
Pasien berjenis kelamin laki laki dan scortumnya mengalami pembesaran sehingga mengalami kesulitan dalam hubungan seksualitas
v Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
v Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan meringis kesakitan
v Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan dari tuhan.


c. Pemeriksaaan fisik
v  Keadaan umum
Keadaan klien dengan hernia biasanya mengalami kelemahan, dan periksa status gizinya serta tingkat kesadaran composmentis.
v  Tanda-tanda vital
Pada pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan vital sign. Biasanyapada pasien dengan post herniotomy terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan suhu dan demam, pernapasan cepat dandangkal.
v  Inspeksi
Pada kondisi post operasi luka tertutup balutan steril untuk mencegah masuknya mikroorganisme yang bisa menyebabkan infeksi. Tanda infeksi perlu diperhatikan seperti ada lesi/kemerahan pada luka insisi. Pada hernia inguinalis tampak adanyabenjolan di lipat paha. Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan, batuk,mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali
v  Perubahan pola fungsiSirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, gagal jantung kongestif (GJK), edema pulmonal, penyakit vaskular perifer, atau stasisvaskular.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah melakukan inspeksi pada daerah inguinal (lipat paha). Kemudian jari telunjuk ditempatkan pada sisi lateral kulit skrotum dan dimasukkan sepanjang funikulus spermatikus sampai ujung jari tengah mencapai anulus inguinalis profundus. Jika jari tangan tak dapat melewati annulus inguinalis profundus karena adanya masa, maka umumnya diindikasikan adanya hernia. Hernia juga diindikasikan, bila seorang meraba jaringan yang bergerak turun ke dalam kanalis inguinalis sepanjang jari tangan pemeriksa selama batuk. Pada umumnya dengan jari tangan pemeriksa di dalam kanalis inguinalis, maka hernia inguinalis indirek menuruni kanalis pada samping jari tangan, sedangkan penonjolan yang langsung ke ujung jari tangan adalah khas dari hernia direk. Diagnosa banding hernia inguinalis mencakup masa lain dalam lipat paha seperti limfadenopati, testis yang tidak turun, lipoma dan hematoma.
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hernia adalah :
a. Lab darah : hematology rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah.
b. Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi.
     2. Diagnosa Keperawatan
1.Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas akibat tindakan operasi
2.Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
3.   Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi
    
    3.  Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1.Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas akibat tindakan operasi
a.      NOC
·         Pain Level
·         Pain Control
·         Comfort level
b.       Kriteria Hasil :
·         Mampu mengontrol nyeri (tahu peyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
·         Melaporkan bahwa nyeri berkurangdengan menggunakan manajemen nyeri
·         Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekwensi dan tanda nyeri)
·         Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
c.      NIC :
      Pain Management
1)      lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, duarsi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi.
      Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya.
2)     Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
      Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.
3)      Ajarkan tentang tehnik non farmakologi
      Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
4)      Ukur tanda-tanda vital
      Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri.
5)      Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
      Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri tidak dipersepsikan.

2.   Ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
a.      NOC
·         Nutritional status : food and Fluid
·         Intake
·         Nutritional status : nutrient intake
b.       Kriteria Hasil :
·         Adanya peningklatan berat badan sesui dengan tujuan
·         Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
·         Mampu mengidentifikasi kebutuahan nutrisi
·         Tidak ada tanda tanda malnutrisi
·         Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
·         Tidak terjadi penurunan berat badan 
c.      NIC :
      nutrition management
1)      Kaji keadaan umum dan TTV
      Rasional : Untuk mengetahui perkembangan keadaaan pasien
2)     Identifkasi makanan yang disukai
      Rasional : untuk mengetahui makanan kesukaan pasien
3)      Berikan makanan sedikit tapi sering
      Rasional : untuk mencegah rasa penuh dalam lambung
4)     Timbang dan catat berat badan pasien setiap hari
      Rasional : untuk mendapat pembacaan yang paling akurat
5)     Anjurkan pasien untuk duduk
      Rasional : untuk meransang nafsu makan
3.      Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi
a.      NOC
·         Immune status
·         Knowledge : infention control
·         Risk kontrol
b.       Kriteria Hasil :
·         Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
·         Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya.
·         Menunjukkan kemampuan untuk mengcegah timbulnya infeksi
·         Jumlah leukosit dalam batas normal
·         Menunjukkan perilaku hidup sehat
c.      NIC :
     Infection control (Kontrol Infeksi)
1)     Monitor tanda dan gejala infeksi
      Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda – tanda infeksi sehingga dapat segera diberikan tindakan yang tepat.
2)      Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
      Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi.
3)     Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien.
      Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.
4)      Berikan terapi antibiotik bila perlu.
 Rasional : Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak terjadi proses infeksi   

DAFTAR PUSTAKA
Barbara C. Long. (2011). Keperawatan Medikal Bedah Bagian I dan 3 . Bandung: Yayasan TAPK Pengajaraan.
Brunner & Suddarth. (2010). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 10. Jakarta: EGC
Debora, Oda. (2012) Proses Keperawatan Dan Pemeriksaa Fisik.Jakarta:Salemba Medika
Huda Nurarif, Amir dan Kusuma, Hardi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda NIC-NOC.Jilid 1&2. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Nurarif, A.H Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan beradsarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Mediacti on Publishing
Wilkinson, Judith M. dan Ahern, Nancy R.2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nanda NIC-NOC.Edisi 9.Jakarta:EGC.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

LP DAN ASKEP TCR

ASKEP STRUMA

LP dan Resume DBD (Demam Berdarah Dengue)