ASKEP DIABETES MELETUS


1.       
LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELETUS DI  RUANGAN PERAWATAN MARINA (BEDAH) RSUD Dr. H. M. ANWAR  MAKKATUTU 

KABUPATEN BANTAENG



OLEH

SAHRUL

C 1 LAHAN      C1 INSTITUSI






STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN 2019

 
   Konsep Dasar Medik


     A.    Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner dan Sudarta, 1999).
Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).

     B.     Etiologi
     1.      Diabetes tipe I :
     a.       Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
      b.      Faktor-faktor   imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
      c.       Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
      2. Diabetes tife II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor-faktor resiko :
      a.       Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
      b.      Obesitas
      c.       Riwayat keluarga

     C.     Patofisiologi
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik.

     D.    Manifestasi klinik
Gejala diabetes mellitus type 1 muncul secara tiba–tiba pada usia anak–anak sebagai akibat dari kelainan genetika sehingga tubuh tidak memproduksi insulin dengan baik. Gejala–gejalanya antara lain adalah sering buang air kecil, terus menerus lapar dan haus, berat badan turun, kelelahan, penglihatan kabur, infeksi pada kulit yang berulang, meningkatnya kadar gula dalam darah dan air seni, cenderung terjadi pada mereka yang berusia dibawah 20 tahun.
Sedangkan diabetes mellitus tipe II muncul secara perlahan–lahan sampai menjadi gangguan kulit yang jelas, dan pada tahap permulaannya seperti gejala pada diabetes mellitus type I, yaitu cepat lemah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit, sering buang air kecil, terus menerus lapar dan haus, kelelahan yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya, mudah sakit yang berkepanjangan, biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40 tahun tetapi prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak–anak dan remaja.
Gejala–gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan akibat kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran urine sehingga bila urine tersebut tidak disiram akan dikerubungi oleh semut adalah tanda adanya gula. Gejala lain yang biasa muncul adalah penglihatan kabur, luka yang lam asembuh, kaki tersa keras, infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita, impotensi pada pria. 

      E.     Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik (Carpenito, 2001).
Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002 : 1258)
1.      Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Ketoasedosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata ( Smeltzer, 2002 : 1258 )
2.      Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smetzer, 2002 : 1262)
3.      Hypoglikemia
Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer, 2002 : 1256)
Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada adsarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu (Long 1996) :
1.      Mikrovaskuler
a.       Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan–perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin (Smeltzer, 2002 : 1272)
b.      Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan sampai kebutaan. Keluhan penglihatan kabur tidak selalui disebabkan retinopati (Sjaifoellah, 1996 : 588). Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan yang menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996 : !6)
c.       Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf otonom, Medsulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan–perubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf (Long, 1996 : 17)
2.      Makrovaskuler
a.       Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke
b.      Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf sensorik, keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celah–celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel–sel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah–daerah yang tekena trauma (Long, 1996 : 17)
c.       Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah ke otak menurun (Long, 1996 : 17)
     
     F.      Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai penunjang diagnostik medis antara lain:
1.      Pemeriksaan gula darah
Orang dengan metabolisme yang normal mampu mempertahankan kadar gula darah antara 70-110 mg/dl (engliglikemi) dalam kondisi asupan makanan yang berbeda-beda. Test dilakukan sebelum dan sesudah makan serta pada waktu tidur.
2.      Pemeriksaan dengan Hb
Dilakukan untuk pengontrolan DM jangka lama yang merupakan Hb minor sebagai hasil dari glikolisis normal.
3.      Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine dikombinasikan dengan pemeriksaan glukosa darah untuk memantau kadar glukosa darah pada periode waktu diantara pemeriksaan darah.
  
      G.    Penatalaksanaan
1.        Perencanaan makan
Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi seimbangan dalam hal Karbohidrat (KH), Protein, lemak  yang sesuai kecukupan gizi :
a.      KH 60 –70 %
b.      Protein 10 –15 %
c.       Lemak 20 25 %
Beberapa cara menentukan jumalah kelori uantuk pasien DM  melalui perhitungan menurut Bocca:   Berat badan (BB) Ideal: (TB – 100) – 10% kg 
1). BB ideal x 30% untuk laki-laki
     BB ideal x25% untuk Wanita
     Kebutuan kalori dapat ditambah lagi dengan kegiatan sehari-hari:
·         Ringan : 100 – 200 Kkal/jam
·         Sedang : 200 – 250 Kkal/jam
·         Berat    : 400 – 900 Kkal/jam
2). Kebutuhhan basal dihituubbng seperti 1), tetapi ditambah kalori berdasarkan persentase kalori basal:
·          Kerja  ringan ditambah 10% dari kalori basal
·         Kerja  sedang  ditambah 20% dari kalori basal
·         Kerja  berat ditambah 40 – 100 % dari kalori basal
·         Pasien kurus, masih tumbuh kumbang, terdapat infeksi, sedang hamil atau menyesui, ditambah 20 –30-% dari kalori basal
3)      Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut:
·         Pasien kurus          : 2300 – 2500 Kkal
·         Pasien nermal        : 1700 – 2100 Kkal
·         Pasien gemuk        :  1300 – 1500 Kkal
2.      Latihan jasmani
Dianjurkan latihian jasmani secara teratur (3 –4 x seminggu) selama kurang lrbih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Latihian yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda dan mendayung. Sespat muingkain zona sasaran yaitu 75 – 85 % denyut nadi maksimal : DNM = 220-umur (dalam tahun)
3.       Pengelolaan farmakologi
a.      Obat hipoglikemik oral (OHO)
1)       Golongan sulfonilures bekerja dengan cara:
-          Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
-          Menurunkan ambang sekresi insulin
-         Meningkatkna sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
2)     Biguanid
-          Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai bawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk  pasien gemuk
3)      Inhibitor alfa glukosidase
-          Secara kompettitf menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam saluran cerna sehingga menrunkan hiperglikemia pasca pransial
4)     Insulin sensitizing agent
-          Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai sfek farmakologi meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa mengatasi nasalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
                     
        2.  Konsep Dasar Keperawatan
   1.Pengkajian.
Mengumpulkan data pasien DM baik dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, wawancara, observasi dan dokumentasi secara biopsikososial dan spiritual.
a.       Identitas klien.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, no.register RS, Diagnosa medis, penanggung jawab.
Keluhan utama.
Biasanya pasien datang dengan keluhan : pusing, lemah, letih, luka yang tidak sembuh.
b. Riwayat penyakit sekarang.
  • ·      perubahan pola berkemih.
  • ·      Pusing.
  • ·      Mual, muntah.
  • ·      Apa ada diberi obat sebelum masuk RS.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Apakah pasien punya penyakit DM sebelumnya.
d. Riwayat penyakit keluarga.
Tanyakan pada pasien apa ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti yang di derita pasien.
e. Pemeriksaan fisik.
  • Keadaan umum : penampilan, tanda vital, kesadaran, TB, BB.
  • Kulit : keadaan kulit, warnanya, turgor,edema, lesi, memar
  • Kepala : keadaan rambut, warna rambut, apa ada massa
  • Mata : bagaimana pupilnya, warna sklera, kunjungtiva, bagaimana reaksi pupil terhadap cahaya, apakah menggunakan alat bantal.
  • Hidung : strukturnya, apa ada polip, peradangan, fungsi penciuman.
  • Telinga : strukturnya, apa ada cairan keluar dari telinga, peradangan, nyeri.
  • Mulut : keadaan mulut, gigi, mukosa mulut dan bibir, apa ada gangguan menelan
  • Leher : keadaan leher, kelenjar tiroid.
  • Dada/pernapasan/sirkulasi : bentuk dada, frekuensi napas, apa ada bunyi tambahan, gerakan dinding dada.
  • Abdomen : struktur, kebersihan, apa ada asites, kembung, bising usus, apa ada nyeri tekan.

f. Kebutuhan biologis.
  • Nutrisi : pola kebiasaan makanan,
  • jenis makanan / minuman.
  • Eliminasi : pola, frekuensi, jumlah, warna, bau, konsistensi (BAK/BAB).
    Istirahat / tidur : kebiasaan tidur selama di rumah dan RS.
  • Aktivitas : Apakah terganggu atau terbatas, faktor yang memperingan atau memperberat, riwayat pekerjaan.

      g. Riwayat psikologis.
Bagaimana pola pemecahan masalah pasien terhadap masalahnya demikian juga keluarga.

h. Riwayat sosial.
Kebiasaan hidup, konsep diri terhadap masalah kesehatan, hubungan dengan keluarga, tetangga, dokter, perawat.
    2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi kurang, disfagia
2)      Resiko syok berhubungan dengan ketidakmamapuan eletrolit kedalam sel tubuh, hipovolemia
3)      Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosisi kerusakan jaringan
4)      Resiko infeksi berbuhungan dengan trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes meletus).
5)      Resiko ketidakseimbangan elektrolik berhubungan dengan gejala poliuria dehidrasi
    
    3. Rencana Keperawatan
1.     Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi kurang, disfagia
a.   NOC
1.   Nutritional status
2.   Nutritional status : food and fluid
3.   Intake
4.   Nutritional status : nutrient intake
5.   Weight control
b.   Kriteria Hasil :
1.Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2.Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3.    Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4.    Tidak ada tanda malnutrisi
5.Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6.     Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
c.   NIC :
    Nutrition management :
1.   Kaji adanya alergi makanan
2.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan jumlah kalori dan nutisi yang dibutuhkan pasien
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
4.  Anjurkan pasien untuk protein dan vitamin C
5.   Berikan substansi gula
6.Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
7.   Berikan makanan yang terpilih
8.Ajarkan pasien bagaiman membuat catatan makanan harian.
9.Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10.Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
11.Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.

2.     Resiko syok berhubungan dengan ketidakmamapuan eletrolit kedalam sel tubuh, hipovolemia
a.   NOC
1.   Syok prevention
2.   Syok management
b.   Kriteria Hasil :
1.    Nadi dala batas di harapkan
2.Irama jantung dalam batas diharapkan
3.Frekwensi nafas dalm batas di harapkan irama pernafasan dalam batas diharapkan
4.    Natrium serum dbn
5.    Kolium serum dbn
6.  Kalsuim serum dbn
c.   NIC :
    syok prevention :
1.Monitor status sirkulasi BP,warna kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR dan ritme,nadi periferdan kapilerrefill,
2.      Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan
3.      Monitor suhu dan pernafasan
4.      Monitor input dan autput
5.      Monitor tanda dan gejala asites
6.      Monitor tanda awal syok
7.  Beriakan cairan iv dan oral yang tepat
8.  Ajarkan keluarga dan pasien tentang tentang tanda dan gejalah datangnya syok

3.     Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosisi kerusakan jaringan
a.      NOC
1.      Tissue integrity : skin and mucous
2. Wound healing : primary and secondary intention
b.       Kriteria Hasil :
1. Perfusi jaringan normal
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi
3. Ketebalan dan tekstur jaringan normal
4.Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidera berulang.
5.Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka
c.   NIC :
      Prssure ulcer prevention would care
1. Angkat balutan dan plester perekat
2. Monitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran, dan bau
3. Bersihkan dengan cairan Nacl
4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
5. Ajarkan keluarga tentang luka dan perawatan luka
6. Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan luka, dengan tepat

4.     Resiko infeksi berbuhungan dengan trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes meletus).
a.   NOC
1.   Immune status
2.   Knowledge : infection control
3.   Risk control
b.   Kriteria Hasil :
1.Klien bebas dari tnda dan gejala infeksi
2.Mendiskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
3.Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4. Jumlah leukosit dalam batas normal
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat
c.   NIC :
        Infection control (kontrol infeksi)
1.    Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2.     Pertahankan teknik isolasi
3.     Batasi pengunjung bila perlu
4.    Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
5.Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
6.Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
8.Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
9.Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
10.Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
11. Tingkatkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu infektion protektion (proteksi terhadap infeksi)
15. Monitor kerentanan terhadap infeksi
16. Batasi pengunjung
17.Sering pengunjung terhadap penyakit menular
18.Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
19. Pertahankan teknik isolasi k/p
20.Berikan perawatan kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, pans, drainase
21. Inspeksi kondisi luka/ insisi bedah
22. Dorong masukkan nutisi yang cukup
23. Dorong masukkan cairan
24. Dorong istirahat
25.Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
26. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
27. Ajarkan cara menghindari infeksi
28. Laporkan kecurigaan infeksi

5.     Resiko ketidakseimbangan elektrolik berhubungan dengan gejala poliuria dehidrasi
a.   NOC
1.   fluid balance
2.   hydration
3.   nutritional status : food dan fluid
4. intake
b.   Kriteria Hasil :
1. mempertahankan urine output
2. Tekanan darah , nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3. tidak ada tanda tanda dehidrasi
4.elastic turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak rasa haus berlebihan
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat
c.   NIC :
        fluid management
1.timbang popok pembalut jika di perlukan
2.pertahankan catatan intake dan output yang akurat
3. monitor vital sign
4.monitor status nutrisi
4.dorong masukan oral
5.berikan cairan IV  
6.Kolaborasi pemberian cairan IV
7.Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
8.monitor status cairan termasuk intake dan output


              DAFTAR PUSTAKA

Amin H.N. & Hardhi.K. (2015), Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC,JILID 3, penerbit:Media action publishing.yogjakarta
Engram Barbara, (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 3, Penerbit :
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan), Bandung.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

LP DAN ASKEP TCR

ASKEP STRUMA

ASKEP HERNIA