ASKEP DIARE


LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE AKUT  DI  RUANGAN PERAWATAN LAMALAKA

RSUD Dr. H. M. ANWAR  MAKKATUTU 

KABUPATEN BANTAENG





OLEH :


SAHRUL,S.Kep

218NS2046


C 1 LAHAN                                       C 1  INSTITUSI






    
STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2019
 
 1.   KONSEP DASAR MEDIK

A. PENGERTIAN
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lender darah. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian diare yaitu susu formula (Hidayat, 2012)

B. KLASIFIKASI.
     Diare dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :

a.    Diare Akut      : berlangsung kurang dari 2 mingggu

b.    Diare kronik   : berlangsung kurang dari 2 mingggu


C. ETIOLOGI     
Menurut Hasan dan Alatas (2010), diare disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :    
A. Faktor Infeksi
  1. Bakteri :Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
  2. Virus : Enteroovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.
  3. Parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomona shominis), jamur (Candida albicans).
    B. Faktor Malabsopsi
  1. Malabsorpsi karbohidrat, yaitu pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut. Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.
  2. Malabsorpsi lemak, yaitu terdapat lemak dalam makanan yang disebut triglyserida.Triglyseridadengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat terjadi karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja mengandung lemak.
  3. Malabsorpsi protein, yaitu kesulitan penyerapan nutrisi dari makanan yang mengandung protein.

C.  Faktor makanan seperti makanan yang sudah basi, makanan yang tercemar, terlalu banyak lemak, beracun, kurang matang, dan alergi terhadap makanan.
 
D.    TANDA DAN GEJALA

Menurut Suraatmaja (2010), tanda dan gejala diare yaitu bab lebih dari 3 kali, dengan konsistensi lembek, ada/tanpa darah. Gejala awal diare adalah anak gelisah, menjadi cengeng, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare. Hal tersebut dapat menyebabkan dehidrasi, karena banyak kehilangan air dan elektrolit. Gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit akhirnya tampak dehidrasi yaitu berat badan turun, turgor kulit menurun, mata dan ubun–ubun cekung, selaput lendir dan mulut ikut kering. Bila dehirasi berat maka volume darah akan berkurang dengan demikian nadi akan cepat dan kecil, denyur jantung cepat, tekanan darah menurun, kasadaran menurun yang akhirnya terjadi syok .

 E.     AKIBAT PENYAKIT PENYAKIT DIARE   
   Menurut Vivian (2010), diare dapat menyebabkan beberapa komplikasi berikut:
  1. Dehidrasi : ringan, sedang, dan berat.
  2. Renjatan hipovolemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang.
  3. Hipokalemia yaitu kadar kalium dalam darah rendah dengan gejala meteorismus (kembung perut karena pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung dan usus), hipotonik otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram.
  4. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah yang rendah.
  5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defesiensi enzim lactase karena kerusakan vili mukosa usus halus.
  6. Kejang terutama pada hidrasi hipotonik.
  7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan (masukan makanan berkurang, pengeluaran bertambah).
F.     PATOFISIOLOGI
Menurut Muttaqin (2011), Peradangan pada gastroenteritis disebabkan oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan sekresi cairan dan menurunkan absorbsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Menurut Diskin (2008) di buku Muttaqin (2011) adapun mekanisme dasar yang menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut :

  1. Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
  2. Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus, selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
  3. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :
  • Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
  • Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
  •  Hipoglekemia, gangguan sirkulasi darah

G.    PENANGANAN PADA PENYAKIT DIARE
Hal pertama yang harus diperhatikan dalam penanggulangan diare adalah masalah kehilangan cairan yang berlebihan (dehidrasi). Dehidrasi ini bila tidak segera diatasi dapat membawa bahaya terutama bagi balita dan anak-anak. Bagi penderita diare ringan diberikan oralit, tetapi bila dehidrasi berat maka perlu dibantu dengan cairan intravena atau infus. Hal yang tidak kalah penting dalam menanggulangi kehilangan cairan tubuh adalah pemberian makanan kembali (refeeding) sebab selama diare pemasukan makanan akan sangat kurang karena akan kehilangan nafsu makan dan kehilangan makanan secara langsung melalui tinja atau muntah dan peningkatan metabolisme selama sakit. (sitorus, 2008). Apabila seseorang sudah mengalami diare, maka perlu dilakukan treatment agar diare dapat segera berhenti. Berikut ini adalah beberapa treatment untuk menanggulangi penyakit diare:
  1. Rehidrasi yaitu dengan cara mengkonsumsi oralit. Minum cairan oralit sebanyak mungkin penderita bisa meminumnya. Minum oralit tidak perlu dalam jumlah banyak sekaligus, tetapi oralit diminum dalam jumlah yang sedikit dan dengan frekuensi yang sering akan lebih baikdilakukan. Satu bungkus oralit dilarutkan dalam 200 ml air matang. Apabila oralit tidak tersedia, maka oralit bisa dibuat dengan cara membuat larutan gula garam. Caranya yaitu dengan melarutkan dua sendok teh gula pasir dan seujung sendok garam dapur ke dalam satu gelas air matang. Rehidrasi juga dapat dilakukan dengan cairan intravena terutama pada kasus dehidrasi yang berat atau shock.
  2. Suplementasi zinc, yang berfungsi untuk mengurangi durasi diare sampai 25% dan dapat mengurangi volume feses hingga 30%.
  3. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat gizi, diutamakan bagi pasien diare yang disebabkan karena malnutrisi.
  4. Pemberian terapi farmakologik
1)      Antibiotik
Menurut Suraatmaja (2007), pengobatan yang tepat terhadap penyebab diare diberikan setelah diketahui penyebab diare dengan memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja. Pada penderita diare, antibiotik boleh diberikan bila:
a.       Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan atau biakan.
b.      Pada pemeriksaan mikroskopik dan atau mikroskopik ditemukan darah pada tinja.
c.       Secara klinis terdapat tanda- tanda yang menyokong adanya infeksi anteral.
d.      Di daerah endemik kolera.
e.    Neonatus yang diduga infeksi nosokomial. Antibiotik oral yang dapat diberikan untuk disentri yaitu yang dianjurkan untuk shigella:
2)      Obat antipiretik
Menurut Suraatmaja (2007), obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosal, aspirin) dalam dosis rendah (25mg/tahun/kali) selain berguna untuk menurunkan panas sebagai akibat dehidrasi atau panas karena infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.
3)    Pemberian zinc
Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi Buang Air Besar (BAB), mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan diare pada tiga bulan berikutnya (lintas diare, 2011).
4)    Pemenuhan nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6 x sehari), rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang (Hegar B. Dan Handryastuti S., 2009).
5)   Sebaiknya berikan makanan lunak ke anak agar sistem pencernaan anak tidak terlalu bekerja keras untuk dapat mencerna makanan. Berikan anak makanan seperti:
1.      Pisang, dan buah-buahan lain
2.      Nasi tim atau bubur nasi
3.      Roti
4.      Daging, ayam, ikan yang direbus atau dipanggang
5.      Telur matang
6.      Sayuran matang yang tidak mengandung banyak serat, seperti wortel
7.      Kentang rebus atau panggang
8.      Yogurt.

H.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan tinja
·         Makroskopis dan mikroskopis
·         Ph dan kadar gula dalam tinja
2.    Analisa gas darah apabilah di dapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa (pernafsan kusmaul)
3.      Pemeriksaan kadar ureum dan keratin untuk mengetahui faal ginjal
4.      Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan posfat

2.   KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A.      PENGKAJIAN
     Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, psikal assessment. Pengkajian data adalah :
1.   Identitas klien
2.   Riwayat keperawatan
·      Awalan serangan : ,gelisah ,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.
·   Keluhan utama : Faeces semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung,tonus dan turgor kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3.   Riwayat kesehatan masa lalu. Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
4.   Riwayat psikososial keluarga.
Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak,setelah menyadari penyakit anaknya,mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
5.   Kebutuhan dasar.
o   Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,BAK sedikit atau jarang.
o  Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien.
o   Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
o   Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
o  Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.
6.   Pemerikasaan fisik
a.  Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah,kesadran composmentis sampai koma,suhu tubuh tinggi,nadi cepat dan lemah,pernapasan agak cepat.
b.   Pemeriksaan sistematik :
o Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,berat badan menurun,anus kemerahan.
o   Perkusi : adanya distensi abdomen.
o   Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
o   Auskultasi : terdengarnya bising usus.
7.   Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun.
8.   Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)      Gangguan pertukaran gas  berhubungan dengan membran alveolar-kapiler
2)      Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi di usus
3)      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kekurangan cairan aktif
4)      Kerusakn integritas kulit berhubungan dengan sekresi/BAB sering
5)      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penuruanan intake dan makanan
6)      Resiko syok (hipovolemi) berhubungan dengan kekurang cairan dan elektrolit
7)      Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


C. RENCANA KEPERAWATAN
NO
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC & KRITERI HASIL
NIC / INTERVENSI
1
Gangguan pertukaran gas  berhubungan dengan membran alveolar-kapiler
NOC
vRespiratory status : gas exchange
vRespiratory status : ventilation
v Vital sing status

Kriteria Hasil :
1. Mendemostrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
2.  Memelihata kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda  distress pernafasan
3. Mendemostrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan spurum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
4. Tanda-tanda vital dalam rentang normal

NIC
Airway Management :
1.     Buka jalan nafas gunakan tehnik chin lift atau jaw thust bila perluu
2.     Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3.    Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafsa buatan
4.     Pasang mayo bila perlu
5.     Lakukan fisioterapi dada bila perlu
6.     Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
7.      Lakukan suction pada mayo
8.      Berikan bronkodilator bila perlu
9.      Berikan pelembab udara
10.  Atur intak euntuk cairan mengoptimalkan kesimbangan
11.  Monitor respirasi dan status O2.
12. Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
13.  Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals
14.  Monitor suaranafas seperti dengkur
15. Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
16.  Catat lokasi trakea
17.  Monitor kelelahan otot diagragma (gerakan paradoksis)
18.  Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
19. Tentukan kenutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan nafas utama
20.  Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasil
2
Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi di usus
NOC
1.   Bowel elimination
2.   Fluid Balance
3.   Hydration
4.   Electrolite and Acid Balance
Kriteria Hasil
1.   Feses berbentuk, BAB sehari sekali tiga hari
2.   Menjaga daerah sekitar rectal dari iritasi
3.   Tidak mengalami diare
4.   Menjelaskan penyebab diare dan rasional tindakan
5.   Mempertahankan turgor kulit

NIC
Diarhea Management :
1.      Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal
2.    Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare
3.    Instruksikan pasien/keluarga untuk mencatat warna, jumlah,frekwensi dan konsistensi dari feses
4.     Evaluasi intake makanan yang masuk
5.      Identifikasi factor penyebab dari diare
6.      Monitor tanda dan gejala diare
7.      Observasi turgor kulit secara rutin
8.      Ukur diare/keluaran BAB
9.      Hubungi dokter bila ada kenaikan bising usus
10.  Instruksikan pasien untuk makan rendah serat, tinggi protein dan tinggi kalori jika memungkinkan
11.  Instruksikan untuk menghindari lasative
12.  Ajarkan tehnik menurunkan stress
13.  Monitor persiapan makanan yang aman
3
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kekurangan cairan aktif
NOC
1.   Fluid Balance
2.    Hydration
3.    Nutrional Status : Food And Fluid intake
Kriteria Hasil :
1.   Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal , Ht normal
2.    Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3.    Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
4.      Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Fluid Management
1.    Timbang popok/pembalut jika diperlukan
2.     Pertahankan acatatan intake dan output yang akurat
3.   Monitor status hidrasi (kelembababn membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika di perlukan
4.     Monitor vital sing
5.  Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
6.    Kolaborasi pemeberian cairan IV
7.    Monitor status nutrisi
8.    Berika cairan IV pada suhu ruangan
9.     Dorong masukan oral
10. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
11.  Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
12.  Tawarkan snack (jus buah , buah segar)
13.  Kolaborasi dengan dokter
14.  Atur kemungkinan transfusi
15.  Persiapan untuk teransfusi
16.  Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
17.  Pelihara IV line
18.  Monitor tingkat Hb dan hematokrit
19.  Monitor berat badan
20. Pemberian IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan
21.  Monitor adanyan tanda gangguan ginjal
4
Kerusakn integritas kulit berhubungan dengan sekresi/BAB sering
NOC
1. Tissue integrity : Skin and Mucous
2.   Membranes
3.   Hemodyalis akses
Kriteria Hasil :
1. Integritas kulit yang baik biasa di pertahankan ( sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi)
2. Perfusi jaringan baik
3. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang
4.  Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami.
NIC
Pressure Management
1.      Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgra
2.      Hindari kerutan pada tempat tidur
3.      Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4.      Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)setiap dua jam sekali
5.      Monitor kulit akan adanya kemerahan
6.      Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan
7.      Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
8.      Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Insision site care
1.      Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses penyembuhan pada luka yang di tutupdengan jahitan, klip atau straples.
2.      Monitor proses kesembuhan area insisi
3.      Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
4.      Bersihkan area sekitar jahitan atau staples, menggunakan lidi kapas steril
5.      Gunakan preparat antiseptic, sesuai program
6.      Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka (tidak di balut) sesuai program
5
  Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penuruanan intake dan makanan
NOC
1.   Nutritional status
2.   Nutritional status : food and fluid
3.   Intake
4.   Nutritional status : nutrient intake
5.   Weight control
Kriteria Hasil :
1.    Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2.  Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3.    Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4.    Tidak ada tanda malnutrisi
5.    Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6.    Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti


NIC
Nutrition management :
1.  Kaji adanya alergi makanan
2.  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan jumlah kalori dan nutisi yang dibutuhkan pasien
3.   Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
4.   Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5.    Berikan substansi gula
6.   Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
7.   Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
8.     Ajarkan pasien bagaiman membuat catatan makanan harian.
9.    Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10.  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
11.  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
12.  BB pasien dalam batas normal
13.  Monitor adanya penurunan berat badan
14.  Monitor lingkungan selama makan
15. Montor kulit kering dan perubahab pigmentasi
16.  Monitor turgor kulit
17.  Monitor kekeringan , rambur kusam,dan mudah patah
18.  Monitor mual muntah
19.  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
20.  Monitor kalori dan intake nutrisi
6
 Resiko syok (hipovolemi) berhubungan dengan kekurang cairan dan elektrolit
NOC
1.   Syok prevention
2.   Syok management
 Kriteria Hasil :
1.   Nadi dalam batas di harapkan
2.   Irama jantung dalam batas diharapkan
3.   Frekuensi nafas dalam batas di harapkan irama pernafasan dalam batas diharapkan
4.   Natrium serum dbn
5.   Kalium serum dbn
6.   Klorida serum dbn
7.   Kalsium serum dbn
8.   Magnesium serum dbn
9.   PH darah serum dbn
Hidrasi
1.   Indicator
2.   Mata cekung tdk di temukan
3.   Demam tidak di temukan
4.   TD dmn
5.   Hematokrit DBN
NIC :
Syok prevention :
1.      Monitor status sirkulasi BP,warna kulit, suhu kulit, denyut jantung, HR dan ritme,nadi periferdan kapiler refill,
2.      Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan
3.      Monitor suhu dan pernafasan
4.      Monitor input dan autput
5.      Monitor tanda dan gejala asites
6.      Monitor tanda awal syok
7.      Berikan cairan iv dan oral yang tepat
8.      Ajarkan keluarga dan pasien tentang tentang tanda dan gejala datangnya syok
9.      Lihat dan pelihara kepatenan jalan nafas
10.  Ajarkan keluarga dan pasien tentang langkah untuk mengatasi gejala syok
11.  Monitor tekanan nadi
12.  Monitor status cairan , input output
13.  Monitor EKG, sesuai
7
 Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
NOC
1.   Anxiety
2.   Post Trauma Sydrome
3.   Rape Trauma Sydrome  Kriteria Hasil :
1.     Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3.    Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4.    Tidak ada tanda malnutrisi
5.     Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6.      Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti


NIC
Ansiety Reduction :
1.   Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
2.    Jelas menyatakan harapan untuk perilaku pasien
3.    Jelaskan semua prosedur , termasuk sensasi di perkirakan akan dialami selama prosedur thye
4.    Berusaha untuk memahami perspektif pasien dari situasi stress
5.     Memberikan informasi factual tentang diagnosisi, pemgobtan, dan prognosa
6.    Tetap dengan pasien untuk menignkatkan keselamatan dan mengurangi rasa takut
7.     Dorong keluarga untuk tinggal dengan pasien
8.     Menyediakan benda yang melambangkan keselamatan/keamanan
9.      Mendegarkan dengan perhatian
10.  Control rangsangan sesuai, untuk pasien
11.  Mendukung penggunaan mekanisme pertahankan yang sesuai
12.  Anjurkan pasiuen tentang penggunaan tehnik relaksasi
13.  Memberi obat untuk mengurangi kecemasan
14.  Menilai tanda tnda verbal dan kecemasan nonverbal
  

DAFTAR PUSTAKA


Amin H.N. & Hardhi.K. (2015), Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC,JILID 3, penerbit:Media action publishing.yogjakarta.



Alatas, Husein dan Hasan, Rusepno.Editor.2010. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 1985.hal.283: 312.


Hidayat, A. A. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:http://nursingbegin.com/askep-diare-anak/ di akses pada 11 Juni 2017 jam 21.00 wib.

Muttaqin, Arif. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi asuhan keperawatan Medikal Bedah. Jakata: Salemba Medika.

Nanny, Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.

Suraatmaja. (2010). Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI

Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2013. Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 9. Jakarta. Penerbit buku kedokteran, EGC

Muttaqien Arief, Sari Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika
 










Komentar

Postingan populer dari blog ini

LP DAN ASKEP TCR

ASKEP STRUMA

LP dan Resume DBD (Demam Berdarah Dengue)