ASKEP TUMOR MAMMAE
LAPORAN
PENDAHULUAN
TUMOR MAMMAE DI RUANGAN
PERAWATAN MARINA (BEDAH) RSUD Dr. H. M. ANWAR MAKKATUTU KABUPATEN
BANTAENG
OLEH :
SAHRUL,S.Kep
218NS2046
C 1 INSTITUSI C 1 LAHAN
STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN 2019
KONSEP DASAR TUMOR MAMMAE
A.
Definisi Tumor Mamae
Tumor mamae adalah adalah karsinoma yang berasal dari parenkim,
stroma, areola dan papilla mamma. (Lab. UPF Bedah RSDS, 2010).
Tumor mammae adalah pertumbuhan sel – sel yang abnormal yang menggangu
pertumbuhan jaringan tub uh terutama pada sel epitel di mammae (
Sylvia,1995 )
Tumor mammae adalah adanya ketidakseimbangan yang dapat terjadi pada suatu
sel / jaringan di dalam mammae dimanba ia tumbuh secara liar dan tidak bias
dikontol ( Dr.Iskandar,2007 )
B.
Etiologi dan Faktor Resiko
Menurut Dr.Iskandar (2007) Sampai saat ini,
penyebab pasti tumor payudara belum diketahui.
Namun, ada beberapa faktor resiko yang
telah teridentifikasi, yaitu :
1. Jenis kelamin
Wanita
lebih beresiko menderita tumor payudara
dibandingkan dengan pria. Prevalensi tumor payudara pada pria hanya
1% dari seluruh tumor payudara.
2. Riwayat keluarga
Wanita
yang memiliki keluarga tingkat satu
penderita tumor payudara beresiko tiga kali lebih besar untuk
menderita tumor payudara.
3. Faktor genetik
Mutasi gen BRCA1pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat meningkatkan resiko tumor
payudara sampai 85%. Selain itu, gen p53,
BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga
meningkatkan resiko terjadinya
kanker
payudara.
4. Faktor usia
Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
5. Faktor hormonal
Kadar
hormon yang tinggi selama masa reproduktif,
terutama jika tidak diselingi
oleh perubahan hormon akibat kehamilan,
dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor payudara.
6. Usia saat kehamilan pertama
Hamil pertama pada usia 30 tahun
beresiko dua kali lipat dibandingkan dengan hamil pada
usia kurang dari 20 tahun.
7. Terpapar
radiasi
8. Intake alkohol
9. Pemakaian kontrasepsi oral
Pemakaian
kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko
tumor payudara. Penggunaan
pada usia kurang dari 20 tahun
beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia
lebih tua.
C.
Manifestasi klinik
Manifestasi Klinik Pada masa-masa awal pertumbuhan
tumor, gejala sulit dideteksi, sehingga kasus ini biasanya baru diketahui
setelah muncul benjolan yang sudah menjolok dan bisa diraba. Tanda-tanda fisik
yang biasa ditemui adalah:
1. Terbentuknya massa utuh atau jaringan yang tidak
biasa, sifatnya kenyal, muncul di payudara atau sekitarnya (misalnya, di bawah
lengan)
2. Penderita merasakan nyeri di tempat massa tersebut
3. Lekukan pada permukaan payudara dan kulit yang berada
di atas tumor menjadi seperti kulit jeruk
4. lepasnya papilla mammae
5. puting susu mengeluarkan cairan yang tidak normal,
bahkan bisa mengeluarkan darah
D.
Patofisiologi
Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung pada
jaringan payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia
permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari penyakit
payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause). Respon dan prognosis
penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya. Beberapa
tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent” mengandung reseptor yang
mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh
estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara normal atau dalam
jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen Receptor Assay (ERA)” pada
jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker payudara hormone dependent.
Kanker-kanker ini memberikan respon terhadap hormone treatment (endocrine
chemotherapy, oophorectomy, atau adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002)
E.
Macam Tumor Mammae
1. Tumor jinak
Hanya tumbuh
membesar , tidak terlalu berbahaya dan tidak menyebar keluar jaringan
2. Tumor ganas
Kanker
adalah sel yang telah kehilangn kendali danb mekanisme normalnya sehingga
mengalami pertumbuhan tidak wajar , lair , dan kerap kali menyebar jauh ke sel
jaringan lain serta merusak
F.
Tanda Dan Gejala
Keluhan
penderita kanker payudara (Lab. UPF Bedah RSDS, 2010):
1. Mungkin tidak ada
2. tumor mammae umumny atidak nyeri
3. ulkus/perdarahan dari ulkus
4. erosi putting susu
5. perdarahan.keluar cairan dari putting susu
6. nyeri pada payudara
7. kelainan bentuk payudara
8. keluhan karena metastase
G. Penanganan
1. Pembedahan
a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan
penyinaran). Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan
jaringan yang luas dengan kulit yang terkena).
b. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh
payudara, semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor.
c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial
1) Mastektomi radikal
Seluruh
payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi aksial.
2) Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti
mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
2. Non pembedahan
a. Penyinaran
Pada
payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker
lanjut pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
b. Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
c. Terapi hormon dan endokrin
Kanker
yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi
adrenalektomi hipofisektomi. (Smeltzer, dkk, 2002)
G. Kompikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah metastase
keotak,hati,kelenjar adrenal,paru,tuang,dan
ovarium ( Dr.Iskandar Junaidi,2007 )
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Ultrasonografi
Dapat membedakan antara masa
padat dan kista pada jaringan payudra keras
2. Mammografi
Memperlihatkan
struktur internal payudara,dapat mendeteksi tumor yang terjadi pada tahap awal
3. Scan CT dan MRI
teknik scan yang dapat
mendeteksi penyakit payudara ( Doenges, 2000)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan
riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik,
serta review catatan sebelumnya. Langkah-langkah pengkajian yang sistemik
adalah pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, analisa data dan
diagnosa keperawatan (Doenges M, 2000).
B.
Pengumpulan data
Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan proses
keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang bertujuan untuk
mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan keperawatan . (Doenges M, 2000).
C.
Sumber data
Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan
petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi. Data yang
disimpulkan meliputi : Data biografi /biodata Meliputi identitas klien dan
identitas penanggung antara lain : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan dan alamat.
D.
Riwayat keluhan utama.
Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara,
adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
E. Riwayat kesehatan masa lalu
1. Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya.
2. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
.
F. Pengkajian pola kebiasaan
hidup sehari-hari meliputi :
1. Nutrisi
Kebiasaan
makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, makanan yang disukai,
banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.
2. Eliminasi
Kebiasaan
BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah masuk RS.
3. Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit.
4. Personal
hygiene
a. Frekuensi mandi dan menggosok gigi
dalam sehari
b. Frekuensi mencuci rambut dalam
seminggu
c. Dikaji sebelum dan pada saat di RS
d. Identifikasi
masalah psikologis, sosial dan spritual :
5. Status
psikologis
Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien berharap cepat
sembuh, merasa asing tinggal di RS, merasa rendah diri, mekanisme koping yang
negatif.
6. Status social
Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi dengan masyarakat lain.
7. Kegiatan keagamaan
8. Klien mengatakan kegiatan shalat 5 waktu berkurang.
G. Klasifikasi Data
1. Data pengkajian:
a. Data subyektif
Data
yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga, mencakup hal-hal sebagai
berikut : klien mengatakan nyeri pada payudara, sesak dan batuk, nafsu makan
menurun, kebutuhan sehari-hari dilayani di tempat tidur, harapan klien cepat
sembuh, lemah, riwayat menikah, riwayat keluarga.
b. Data obyektif
Data
yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau penunjang meliputi :
asimetris payudara kiri dan kanan, nyeri tekan pada payudara, hasil pemeriksaan
laboratorium dan diagnostik.
H.
Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya
pikir yangberdasarkan ilmiah, pengetahuan yang sama dengan masalah yang didapat
pada klien.
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontiunitas jaringan akibat
tindakan operasi.
2. Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan
3. Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah
4. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan tindakan operasi
bagian abdomen.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
NOC & KRITERI HASIL
|
NIC / INTERVENSI
|
1
|
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontiunitas
jaringan akibat tindakan operasi.
|
Noc
1.
Pain level
2.
Pain control
3.
Comfort level
Kriteria hasil :
1.
Mampu
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunkan tekhnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2.
Melaporkan
bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajement nyeri
3.
Mampu
mengenali nyeri (skala, intensitas, frekwensi dan tanda nyeri)
4.
Menyatakan
rasa nyaman setelah nyeri berkurang
|
Nic :
Pain management
1. Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekwensi, kualiatas dan faktor presipitasi
2. Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan
teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
4.
Kaji kultur
yang mempengaruhi respon nyeri
5.
Evaluasi
pengalaman nyeri masa lampau
6.
Evaluasi
bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidak efektifan kontrol nyeri
masa lampau
7. Bantu pasien
dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
8.Kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
9.
Kurangi
faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan
lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
11. Kaji tipe dan
sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan
tentang teknik non farmakologi
13. Berikan
analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi
keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan
istirahat
16. Kolaborasikan
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
17. Monitor
penerimaan pasien tentang menejemen nyeri
|
2
|
Kecemasan
berhubungan dengan perubahan gambaran
tubuh.
|
Noc
1.
Anxiety
self-control
2.
Anxiety level
3.
Coping
Kriteria
hasil :
1.Pasien
mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan rasa cemas
2.Mengindentifikasi,
mengungkapkan dan menunjukka tehnik untuk mengontrol cemas.
3. Vital sign
dalam bats normal
4. Postur tubuh,
ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkuranya
kecemasan
|
Nic:
Fluid management
1.
Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Nyatakan
dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
3.
Temani pasien untuk meberikan keamanan dsn mengursngi
takut
4.
Dorong keluarga utuk menemani paien
5.
Identifikaasi tingkat kecemasan
6. Dorong pasien
untuk mengungkapkan perasaannya, ketakutan , persepsi
7. Jelaskan
semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
8. Bantu pasien
mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan
9. Instruksikan pasien
menggunakan tehnik relaksasi.
10. Dengarkan
dengan penuh perhatian
|
3
|
Kerusakan integritas kulit/jaringan
berhubungan dengan insisi bedah
|
Noc
1. Tissue
integrity : skin and mucous
2. Wound healing
: primary and secondary intention
Kriteria hasil :
1.
Perfusi
jaringan normal
2. Tidak ada
tanda-tanda infeksi
3.Ketebalan
dan tekstur jaringan normal
4. Menunjukkan
pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidera
berulang.
5.Menunjukkan
terjadinya proses penyembuhan luka
|
Nic :
Airway suction :
1. Anjurkan
pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2.
Monitor kulit akan adanya kemerahan
3.
Monitor status nutrisi pasien
4.
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
5.
Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
6.
Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
7.
Ajarkan keluarga tentang luka da perawatan luka
8. Oleskan
lotion atau minyak pada daerah yang tertekan
9.
Berikan posisi yang mengurangi tekanan
10. Lakukan
tehnik perawatan luka dengan steril
11. Hindari
kerutan pada tempat tidur
|
4
|
Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan tindakan
operasi bagian abdomen.
|
Noc
1.
Join movement
: active
2.
Mobility
level
3.
Self care
:adls
4.
Transfer
performance
Kriteria
hasil :
1.
Pasien
meningkat dalam aktivitas fisik
2.
Menegerti
tujuan dari peningkatan mobilitas
3.
Bantu untuk
mobilitas
|
Nic :
Pain management
1. Monitor vital
sing sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
2. Konsultasikan
dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
3.
Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan
cegah terhadap cedera
4.
Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang
tehnik ambulasi
5.
Kaji kemampuan pasien dalam mobilitas
6.
Berikan alat bantu jika pasien memerlukan
7.
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi
8.
Damping dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan
kebutuhan adls ps
|
5
|
Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi
|
Noc
1.
Immune status
2.
Knowledge :
infention control
3.
Risk kontrol
Kriteria hasil :
1.
Pasien bebas
dari tanda dan gejala infeksi
2.
Mendeskripsikan
proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya.
3.
Menunjukkan
kemampuan untuk mengcegah timbulnya infeksi
4.
Jumlah
leukosit dalam batas normal
5.
Menunjukkan
perilaku hidup sehat
|
Nic :
Pain management
1. Bersihkan
luingkungan setelah dipakai pasien lain
2.
Pertahankan tehnik isolasi
3.
Batasi pengunjung bila perlu
4.
Monitor tanda dan gejala infeksi
5.
Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
6. Instruksikan
pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan pasien.
7.
Berikan terapi antibiotik bila perlu.
8. Gunakan sabun
atimicroba untuk cuci tangan gunakan baju sarung tangan sebagai alat
pelindung
9. Pertahankan
lingkungan aseptic selma pemasangan alat
10. Monitor
kerentangan terhadap infeksi
11. Berikan
perawatan kulit pada area epidema
|
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi
3, EGC, Jakarta
Price,
Sylvia Anderson, (1995) Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Prses Penyakit
Edisi 4 buku 2 : Jakarta EGC
Junaedi, Iskandar dr., (2007) Kanker. Jakarta : PT.
Buana Ilmu Populer
Lab. UPF Bedah, 2000. Pedoman Diagnosis dan
Terapi , RSDS-FKUA, Surabaya
Doenges,
Marilyn E, et all. 1993. Nursing Care Plans : Guidelines
for Planning and Documenting Patient Care, Edition 3, F.A. Davis Company,
Philadelphia.
Komentar
Posting Komentar